Rusuh dan Unjuk Rasa anti Pasukan PBB di Goma, DR Kongo, 3 tentara perdamaian PBB dan 12 Sipil Tewas
Kompas dunia | 27 Juli 2022, 17:37 WIBPasukan PBB disarankan menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dan hanya menembakkan tembakan peringatan jika diperlukan, katanya.
Protes diserukan oleh faksi sayap pemuda partai yang berkuasa, yang menuntut misi PBB menarik diri atas apa yang digambarkannya sebagai ketidakefektifan pasukan PBB.
Bentrokan kembali antara pasukan lokal dan kelompok pemberontak M23 di Kongo timur dalam beberapa bulan terakhir telah membuat ribuan orang mengungsi.
Serangan oleh gerilyawan yang terkait dengan kelompok ISIS Irak dan Suriah juga terus berlanjut meskipun keadaan darurat selama setahun dan operasi gabungan melawan mereka oleh tentara Kongo dan Uganda.
"Kami melakukan yang terbaik, tidak hanya selama bertahun-tahun, tetapi benar-benar selama beberapa dekade untuk mencoba membawa stabilitas ke Kongo Timur," kata Haq, seraya menambahkan kepala penjaga perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Kongo segera setelah dia bisa.
Baca Juga: Pilot Perempuan Menjadi Misi PBB
MONUSCO mengambil alih dari operasi PBB sebelumnya pada tahun 2010.
MONUSCO memiliki lebih dari 12.000 tentara dan 1.600 polisi, dikerahkan pada November 2021, dan ditarik secara bertahap selama bertahun-tahun ini.
Para pengunjuk rasa juga menyerbu rumah-rumah pekerja PBB di Goma, mendorong misi PBB untuk memindahkan stafnya ke kamp-kamp pasukan PBB.
Seorang reporter, seperti dikutip Straits Times, melihat staf PBB dievakuasi dalam konvoi dengan pengawalan tentara.
Menteri luar negeri India mengatakan dua dari penjaga perdamaian yang tewas adalah tentara India. Ngoma mengatakan yang ketiga adalah orang Maroko.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times/ Deutsche Welle