Rusuh dan Unjuk Rasa anti Pasukan PBB di Goma, DR Kongo, 3 tentara perdamaian PBB dan 12 Sipil Tewas
Kompas dunia | 27 Juli 2022, 17:37 WIBGOMA, KOMPAS.TV - Tiga pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dan sedikitnya 12 warga sipil tewas dalam rusuh dan unjuk rasa anti-PBB hari kedua di Republik Demokratik Kongo hari Selasa (26/7/2022), kata pihak berwenang seperti laporan Straits Times, Rabu, (27/7/2022)
Protes dipicu oleh keluhan bahwa misi PBB, yang dikenal sebagai MONUSCO, dianggap gagal melindungi warga sipil dari kekerasan milisi yang berkecamuk selama bertahun-tahun.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk kekerasan itu, wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Dia (Sekjen PBB) menggarisbawahi setiap serangan yang ditujukan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB dapat merupakan kejahatan perang dan menyerukan kepada pihak berwenang Kongo untuk menyelidiki insiden ini secepatnya dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan."
Demonstrasi dimulai hari Senin di kota Goma dan menyebar pada hari Selasa ke Butembo, di mana seorang tentara PBB dan dua polisi PBB ditembak mati, kata Haq kepada wartawan di New York.
Di kedua kota tersebut, pasukan penjaga perdamaian PBB dituduh melakukan pembalasan dengan kekerasan ketika ratusan pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov, merusak dan membakar gedung-gedung PBB.
Media, seperti dikutip Straits Times, melihat penjaga perdamaian PBB menembak mati dua pengunjuk rasa di Goma, di mana juru bicara pemerintah Patrick Muyaya mengatakan sedikitnya lima orang tewas dan 50 terluka.
Di Butembo setidaknya tujuh warga sipil tewas dan jumlah yang tidak diketahui terluka, kata kepala polisi kota itu Paul Ngoma.
Baca Juga: Sekjen PBB: Israel Bunuh 78 Anak Palestina pada 2021, secara Sitematis Abaikan Tanggung Jawab
Misi penjaga perdamaian PBB dilanda tuduhan pelecehan selama bertahun-tahun.
"Jelas jika ada pasukan PBB yang bertanggung jawab atas cedera, atau kematian, kami akan menindaklanjutinya," kata Haq.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times/ Deutsche Welle