Iran Perkaya Uranium ke Tingkat 20 Persen dengan Sentrifugal Canggih Pasca Gagalnya Perundingan
Kompas dunia | 10 Juli 2022, 18:24 WIBPembicaraan nuklir terhenti selama berbulan-bulan. Utusan khusus AS untuk Iran, Robert Malley, menggambarkan putaran terakhir negosiasi di Qatar sebagai “lebih dari sedikit kesempatan yang sia-sia.”
IAEA melaporkan bulan lalu bahwa Iran memiliki 43 kilogram uranium yang diperkaya dengan kemurnian 60 persen, sebuah langkah singkat menuju 90 persen kemurnian uranium untuk penggunaan pada senjata nuklir. Pakar nonproliferasi memperingatkan bahwa cukup bahan fisil untuk satu senjata nuklir jika Iran memilih untuk mengejarnya.
Namun, Iran masih perlu merancang bom dan sistem pengirimannya, kemungkinan akan memakan waktu selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Israel Ancam Serang Fasilitas Nuklir Iran: Kami Memiliki Kemampuan yang Tak Terbayangkan
Iran menegaskan programnya adalah untuk tujuan damai, meskipun para ahli PBB dan badan-badan intelijen Barat mengatakan Iran memiliki program nuklir militer terorganisir sampai tahun 2003.
Meningkatnya aktivitas nuklir Iran menimbulkan kekhawatiran dengan transparansi Iran yang berkurang dengan cepat. Bulan lalu Iran mematikan lebih dari dua lusin kamera pemantau IAEA dari berbagai situs terkait nuklir di seluruh negeri.
Mantan Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Teheran, memicu serangkaian insiden tegang di Timur Tengah yang lebih luas. Iran merespons dengan meningkatkan aktivitas nuklirnya secara besar-besaran, meningkatkan persediaan uranium yang sangat diperkaya dan memutar sentrifugal canggih yang dilarang oleh perjanjian itu.
Musuh Iran, Israel, telah lama menentang perjanjian nuklir itu, dengan mengatakan tindakan itu menunda kemajuan nuklir Iran dan berpendapat pencabutan sanksi akan memberdayakan milisi proksi Teheran di seluruh wilayah.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Yair Lapid meminta PBB memberlakukan kembali sanksi multilateral terhadap Iran, sebuah usulan yang mendapat tentangan keras ketika didorong oleh pemerintahan Trump.
“Tanggapan masyarakat internasional harus tegas, untuk kembali ke Dewan Keamanan PBB dan mengaktifkan mekanisme sanksi dengan kekuatan penuh,” kata Lapid, yang menjabat sebagai perdana menteri sementara Israel kepada Kabinetnya. “Israel, pada bagiannya, mempertahankan kebebasan penuh untuk bertindak, secara diplomatis dan operasional, dalam perang melawan program nuklir Iran ini.”
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Associated Press