Shinzo Abe, Super Mario, dan Olimpiade Tokyo 2020 yang Sempat Tertunda
Kompas dunia | 10 Juli 2022, 05:30 WIBDalam pernyataan pada Jumat (8/7), Bach menyebut bahwa Olimpiade yang tertunda itu tetap berlanjut, hanya karena Abe.
“Hanya visi, tekad, dan ketergantungannya yang memungkinkan kami mengambil keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menunda Olimpiade Tokyo 2020,” tutur Bach.
Baca Juga: Shinzo Abe Dimakamkan di Kampung Halaman 12 Juli, Warga Jepang Kenang Sosoknya yang Menyenangkan
Tanpa Abe, kata Bach, “Olimpiade ini tidak akan pernah terjadi.”
Bach menyebut Abe, “Lelaki dengan visi, penuh tekad dan energi tak terbatas untuk mewujudkan visinya. Yang sangat saya hargai tentang dia adalah bahwa dia adalah seorang yang selalu menepati janjinya.”
Bendera Olimpiade di markas besar IOC di Lausanne, Swiss, imbuh Bach, akan berkibat setengah tiang selama tiga hari.
Boleh jadi, Abe adalah penyemangat nomor satu Olimpiade Tokyo 2020. Kompetisi olahraga dunia itu diharapkannya menjadi pengingat bahwa Jepang masihlah merupakan sebuah kekuatan di Asia, di tengah kebangkitan China. Namun, ia mundur dari jabatannya, menyebut kondisi kesehatannya yang memburuk pada akhir Agustus 2020, kurang dari 11 bulan sebelum Olimpiade yang tertunda itu dibuka.
“Saya memikirkan tentang dia, tak bisa menjadi perdana menteri saat Olimpiade, sungguh mematahkan semangat,” ujar David Leheny, seorang peneliti politik di Universitas Waseda Jepang, dalam wawancara dengan Associated Press.
“Dia telah mencurahkan segenap tenaga dan pekerjaannya ke event itu, dan saya pikir, baginya itu adalah simbol kebangkitan Jepang sebagai pemimpin di panggung dunia,” lanjutnya.
Abe kemudian digantikan oleh Yoshihide Suga, yang melalui Olimpiade, namun meninggalkan jabatannya beberapa pekan setelah Olimpiade berakhir. Suga dikritik atas penanganannya pada pandemi.
“Mengingat pentingnya Olimpiade Tokyo tahun 1964 bagi banyak orang – dalam mengumumkan kebangkitan Jepang setelah Perang Dunia II – saya pikir, bagi Abe, Olimpiade Tokyo 2020 dimaksudkan sebagai hal yang sama,” imbuh Leheny.
“Dan dia tidak malu-malu menjadikan dirinya sebagai segala pusat proses itu,” pungkasnya.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press