Rumahnya Digeruduk Ribuan Demonstran, Presiden Sri Lanka Kabur, Dianggap Kehilangan Mandat Rakyat
Kompas dunia | 9 Juli 2022, 23:02 WIBPuluhan demonstran terlihat menceburkan diri ke kolam renang pribadi Gotabaya Rajapaksa, berkeliling rumah, atau menonton televisi. Di luar rumah, barikade keamanan dijungkirbalikkan dan selembar bendera hitam dinaikkan di tiang bendera.
Di kantor presiden, aparat keamanan mencoba menghalangi demonstran yang berupaya menerobos masuk. Aksi baku hantam pun tak terhindarkan.
Setidaknya 34 orang terluka akibat kerusuhan tersebut, termasuk dua personel kepolisian. Dua orang dilaporkan dalam kondisi kritis sedangkan yang lain mengalami luka ringan.
Baca Juga: Setelah Sri Lanka, Negara-Negara Ini Berisiko Tinggi Dilanda Krisis Ekonomi, Indonesia Termasuk?
Selain menyerbu kediaman resmi Presiden Rajapaksa, ratusan demonstran lain menyerbu kantornya yang berada di bibir pantai di dekat kediaman resminya. Demonstran telah berkemah di luar kantor itu selama tiga bulan terkini.
Pada Sabtu (9/7), ribuan demonstran memadati pusat kota Kolombo usai kepolisian mencabut jam malam. Karena bahan bakar langka, banyak demonstran memenuhi bus dan kereta untuk menggelar aksi protes. Sebagian lain bersepeda atau jalan kaki ke pusat kota.
Selain kalangan aktivis dan warga, pemimpin religius juga mendesak Presiden Rajapaksa mundur. Sang presiden dianggap telah kehilangan mandat rakyat.
“Klaimnya bahwa ia telah dipilih oleh Buddhis Sinhala sudah tidak valid sekarang,” kata pemimpin umat Buddhis, Omalpe Sobitha sebagaimana dikutip Associated Press.
Lebih lanjut, Sobitha mendesak parlemen segera bersidang untuk memilih presiden interim baru. Juga, ia menyebut perdana menteri suksesor Mahinda Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe tidak didukung oleh rakyat.
Demonstran di Sri Lanka sendiri mendesak tak hanya Presiden Rajapaksa yang mundur, melainkan semua pejabat pemerintah dan duta besar. Demonstran juga menuntut diberi akses ke pemerintahan sebagai kelompok penekan (pressure group).
Per Mei lalu, PM Wickremesinghe menyatakan bahwa ekonomi Sri Lanka telah kolaps. Hal tersebut membuat negosiasi dana talangan IMF lebih sulit.
Pada April lalu, Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri karena kekurangan mata uang asing. Total utang luar negeri Sri Lanka adalah 51 miliar dolar AS, 28 miliar di antaranya wajib dibayarakn per akhir 2027.
Baca Juga: Belajar dari Sri Lanka, Apa Penyebab Negara Bisa Bangkrut dan Gagal Bayar Utang?
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press