> >

Tim Kesehatan Haji Indonesia Uji Coba Rompi Penurun Suhu, Menahan Dingin 12 Jam, Ini Sensasinya

Kompas dunia | 9 Juli 2022, 12:31 WIB
Tim Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi, melakukan uji coba penggunaan rompi penurun suhu bagi jemaah haji. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

MEKKAH, KOMPAS.TV – Tim Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi, melakukan uji coba penggunaan rompi penurun suhu bagi jemaah haji.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia, dr Budy Sylvana, menjelaskan, rompi tersebut menggunakan carbon sebagai pendingin.

Carbon itu dimasukkan di sisi dalam rompi, untuk mempertahankan suhu dingin di tubuh penggunanya.

“Jadi ini adalah rompi penuhun suhu, dalamnya adalah carbon cool, fungsinya penyimpan dingin,” kata Budy kepada jurnalis Kompas TV Nitia Anisa pada program Kompas Siang, Sabtu (9/7/2022).

“Rompi ini bisa memberikan efek dingin,” tegasnya.

Baca Juga: 90 Ribu Jemaah Haji Indonesia dan Umat Muslim Lainnya Berkumpul di Arafah Melaksanakan Wukuf

Carbon cool atau kabon pendingin pada rompi tersebut dapat mempertahankan suhu dingin antara delapan hingga 12 jam penggunaan.

“Dinginnya bisa bertahan selama delapan hingga 12 jam, jadi cukup efektif kalau kami nilai kalau digunakan di suhu-suhu yang ekstrem panas.”

Jurnalis Kompas TV di Arab Saudi, Nitia Anisa, pun mencoba menggunakan rompi penurun suhu tersebut.

Menurutnya, sensasi dingin terasa pada tubuh sejak pertama kali rompi tersebut dikenakan.

“Sensasi pertama yang saya rasakan adalah sensasi dingin yang luar biasa.”

“Memang tujuannya ini untuk menurunkan suhu ketika jemaah ada di suhu yang mencapai 50 derajat,” tutur Nitia Anisa.

Sementara, dokter Susi, seorang anggota Tim Kesehatan Haji, menambahkan, rompi itu diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh penggunanya hingga mencapai 37 atau 38 derajat Celsius.

“Kita harapkan suhunya mencapai 37-38 baru kemudian kita lepas lagi.”

Hal penting yang diharapkan dari penggunaan rompi penurun panas tersebut adalah mencegah komplikasi akibat suhu panas.

Baca Juga: Kisah Haji Cilik, Jemaah Asal Jombang Gantikan Almarhum Sang Ayah

“Satu lagi yang penting adalah kita mencegah komplikasi yang lebih lanjut, yang bisa mengakibatkan kecacatan otak dan kecacatan jantung.”

“Kalau jantung ya pasti dia mortalitas, tapi kalau otak, dia menjadi vegetatif state, di mana fasenya jadi invalid, cacat permanen. Itu yang kita tidak harapkan dari komplikasi tersebut,” tuturnya.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU