Tak Ada Foto Bareng di Pertemuan G20 di Bali, Menlu AS dan Rusia Saling Cuek Sekaligus Sengit
Kompas dunia | 9 Juli 2022, 07:05 WIBNUSA DUA, KOMPAS.TV – Ada yang berbeda pada pertemuan para menteri luar negeri (menlu) G20 tahun ini. Kali ini, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tak ada foto bareng. Aura sengit dan perpecahan kental mewarnai pertemuan para menlu kelompok negara-negara dengan perekonomian terbesar dunia itu.
Tuan rumah Indonesia melalui Menlu Retno Marsudi dengan emosional menyerukan perdamaian dan persatuan, serta berakhirnya perang Rusia-Ukraina, tetapi partisipan seperti terbagi dalam dua kubu: China dan Rusia di kubu Timur, dan Amerika Serikat (AS) serta Eropa di kubu Barat.
Meskipun mereka hadir di ruangan yang sama, di waktu yang sama untuk kali pertama sejak perang Ukraina dimulai, Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Rusia Sergey Lavrov jelas-jelas saling mengabaikan satu sama lain.
Insiden Mengejutkan: PM Inggris Mundur dan PM Jepang Ditembak
Pertemuan G20 dibuka hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis (7/7). Ini memaksa Menlu Inggris, Liz Truss untuk segera angkat kaki dari Bali, tempat pertemuan digelar. Ia masih berada dalam perjalanan menuju London saat kemudian datang berita mengejutkan lainnya: mantan PM Jepang Shinzo Abe ditembak. Abe kemudian meninggal dunia.
Baik Johnson maupun Abe merupakan sosok yang tak asing bagi keluarga G20. Keduanya telah berpartisipasi dalam konferensi serupa dan pertemuan para pemimpin dunia beberapa kali sebelumnya.
Baca Juga: Rumah Sakit Ungkap Penyebab Rinci Tewasnya Mantan PM Jepang Shinzo Abe
Seluruh peserta mengungkapkan kekagetan mereka atas penembakan yang menimpa Abe, yang terjadi selagi mereka menggelar sesi pertama dari dua rapat pleno tentang pentingnya memulihkan kepercayaan pada multilaterisme dan menegakkan tatanan berbasis aturan global.
Tak Ada Kesepakatan
Salah satu tujuan pertemuan menlu G20 pada Jumat (8/7) lalu adalah meletakkan dasar untuk puncak pertemuan G20 di Indonesia pada November mendatang.
Retno Marsudi mendesak para partisipan – termasuk Lavrov, Menlu China Wang Yi, Blinken dan sejumlah mitra Eropa – untuk mengatasi ketidakpercayaan yang ada. Tujuannya, demi keselamatan planet Bumi yang menghadapi berbagai tantangan, mulai dari virus Corona, perubahan iklim, hingga perang Ukraina.
“Dunia belum pulih dari pandemi, tetapi kita telah menghadapi krisis lain: perang di Ukraina,” ujar Marsudi, seperti dikutip dari Associated Press, Jumat (8/7). “Efek riaknya dirasakan secara global pada makanan, energi, dan ruang fisik.”
Dia menekankan bahwa negara miskin dan berkembang kini menghadapi kelangkaan bahan bakar dan biji-bijian akibat perang di Ukraina. G20, imbuhnya, punya tanggung jawab untuk menangani masalah ini demi memastikan tatanan global berbasis aturan tetap relevan.
Retno menyatakan, pembicaraan tentang perang Ukraina didiskusikan pada hampir seluruh pertemuan bilateral pada pertemuan itu.
Baca Juga: Israel Sebut Vladimir Putin Minta Maaf atas Ucapan Menlu Lavrov soal Yahudi dan Hitler
Namun, setelah pertemuan itu usai, tak ada kesepakatan yang dicapai oleh seluruh peserta, meskipun ada kekhawatiran luas tentang gangguan pangan dan energi akibat perang di Ukraina.
“Hanya beberapa negara yang menyatakan kecaman atas tindakan invasi,” ujar Retno merujuk ‘operasi militer khusus’ Rusia yang dilancarkan sejak 24 Februari lalu itu.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press