Facebook, Twitter, TikTok dan Youtube Hapus Video Pembunuhan Shinzo Abe, Dianggap Konten Berbahaya
Kompas dunia | 9 Juli 2022, 06:05 WIBLONDON, KOMPAS.TV— Twitter, induk Facebook Meta, Youtube, TikTok dan perusahaan media sosial lainnya pada Jumat (8/7/2022) bergerak mencari dan menghapus video di platform mereka tentang pembunuhan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Melansir Associated Press, penyedia jasa media sosial itu menganggap video rekaman pembunuhan tersebut melanggar aturan tentang konten berbahaya.
Beberapa video serangan oleh seorang pria bersenjata yang menembakkan senjata laras ganda buatannya dua kali ke Abe, beredar di media sosial.
Beberapa hanya menunjukkan momen sebelum dan sesudah serangan, sementara yang lain menunjukkan kedua tembakan.
Abe, yang mengundurkan diri pada tahun 2020, ditembak saat berpidato, diterbangkan ke rumah sakit, dan kemudian dinyatakan meninggal. Polisi menangkap tersangka pria bersenjata di tempat kejadian.
Twitter mengatakan tim mereka sedang bekerja untuk "mengatasi konten berbahaya" yang berkaitan dengan serangan itu dengan "secara proaktif menghapus" materi yang melanggar aturan mereka, yang mencakup pembatasan pada media sensitif termasuk kekerasan grafis.
Twitter mendesak pengguna untuk menandai materi yang berpotensi sensitif dari serangan itu sehingga dapat mengambil tindakan.
Baca Juga: Rumah Sakit Ungkap Penyebab Rinci Tewasnya Mantan PM Jepang Shinzo Abe
Video penyerangan masih dapat ditemukan dengan mudah di Twitter beberapa jam setelah penyerangan.
Meta, induk Facebook, mengatakan telah menghapus video yang menggambarkan momen penyerangan dan telah menonaktifkan akun Facebook dan Instagram tersangka penyebarnya.
"Kami sangat berduka dan terkejut atas meninggalnya mantan Perdana Menteri Jepang, Tuan Shinzo Abe," kata Meta dalam pernyataan yang disiapkan.
"Kami tidak dan tidak akan menolerir perilaku kekerasan apa pun di platform kami. Untuk menjaga platform kami tetap aman, kami berupaya menghapus konten yang melanggar terkait insiden tersebut," katanya.
Meta mengatakan pihaknya mengambil tindakan berdasarkan kebijakannya terhadap individu berbahaya, dan melabeli foto-foto serangan itu sebagai "mengganggu."
YouTube menyebut sistemnya mengizinkan video yang terkait dengan serangan dari "sumber otoritatif" seperti organisasi berita. Situs berbagi video itu juga menambahkan, mereka akan menghapus konten apa pun yang melanggar aturannya, termasuk larangan konten kekerasan atau grafis.
TikTok mengatakan sedang bekerja untuk "mengidentifikasi konten, akun, dan tagar yang terkait dengan insiden tragis ini dengan cepat" dan menghapus konten dan akun apa pun yang melanggar aturannya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Associated Press