> >

Peluang Cuan Produsen Batu Bara, Eropa Mungkin Kembali ke Batu Bara karena Rusia Kurangi Suplai Gas

Kompas dunia | 21 Juni 2022, 01:05 WIB
Pembeli gas Rusia terbesar Eropa mulai mencari pasokan bahan bakar alternatif hari Senin (20/6/2022) untuk mengatasi berkurangnya aliran gas dari Rusia. (Sumber: AP Photo/Martin Meissner)

FRANKFURT, KOMPAS.TV - Pembeli gas Rusia terbesar di Eropa mulai berlomba mencari pasokan bahan bakar alternatif. Batu bara akan dijadikan bahan bakar alternatif untuk mengatasi berkurangnya aliran gas dari Rusia yang mengancam krisis energi di musim dingin jika penyimpanan gas tidak diisi ulang.

Dilansir Straits Times, Senin (20/6/2022), Jerman, Italia, Austria, dan Belanda semuanya mengisyaratkan pembangkit listrik tenaga batu bara dapat membantu benua itu melalui krisis yang membuat harga gas melonjak, menambah tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan dalam memerangi inflasi.

Raksa energi Italia, Eni, mengatakan mereka diberitahu Gazprom Rusia bahwa hanya akan menerima sebagian dari permintaan pasokan gas. Hal ini mendorong Italia lebih dekat ke keadaan siaga, yang akan memicu langkah-langkah penghematan gas.

Jerman, yang juga mengalami penurunan arus suplai gas Rusia, pada hari Minggu lalu mengumumkan rencana terbarunya menaikkan tingkat penyimpanan gas dan mengatakan dapat memulai kembali pembangkit listrik tenaga batu bara yang rencana semula akan dihentikan secara bertahap.

"Itu menyakitkan, tetapi itu adalah kebutuhan belaka dalam situasi ini untuk mengurangi konsumsi gas," kata Menteri Ekonomi Robert Habeck.

"Tetapi jika tidak dilakukan, maka kita berisiko fasilitas penyimpanan tidak akan cukup penuh pada akhir tahun menjelang musim dingin. Dan kemudian kita dapat diperas di tingkat politik," katanya.

Rusia hari Senin mengulangi kritik sebelumnya bahwa Eropa perlu menyalahkan dirinya sendiri setelah Barat memberlakukan sanksi sebagai tanggapan atas serangan Moskow ke Ukraina, rute transit gas ke Eropa serta pengekspor gandum utama.

Baca Juga: Pasokan Gas Rusia Dikurangi, Jerman Terpaksa Batasi Produksi Listrik

Pembeli gas Rusia terbesar Eropa mulai mencari pasokan bahan bakar alternatif hari Senin (20/6/2022) untuk mengatasi berkurangnya aliran gas dari Rusia. (Sumber: AP Photo/Martin Meissner)

Kontrak gas bulan depan Belanda, sesuai patokan Eropa, diperdagangkan sekitar 124 euro per megawatt hour (MWh) pada hari Senin, turun dari puncak tahun ini 335 euro, tetapi masih naik lebih dari 300 persen dibanding level tahun lalu sebelum harga mulai meroket.

Kepala eksekutif produsen listrik terbesar Jerman RWE, Markus Krebber, mengatakan harga listrik bisa memakan waktu tiga sampai lima tahun untuk turun kembali ke tingkat yang lebih rendah.

Aliran gas Rusia ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1, rute utama yang memasok Eropa, masih berjalan sekitar 40 persen dari kapasitas pada hari Senin, meskipun naik tipis dari awal pekan lalu.

Ukraina mengatakan jaringan pipanya dapat membantu mengisi kesenjangan pasokan melalui Nord Stream 1. Moskow sebelumnya mengatakan tidak dapat memompa lebih banyak melalui pipa yang belum dimatikan Ukraina.

Eni dan utilitas Jerman Uniper termasuk di antara perusahaan-perusahaan Eropa yang mengatakan mereka menerima kurang dari volume gas Rusia sesuai kontrak, meskipun persediaan gas Eropa masih terisi meskipun lebih lambat.

Persediaan gas sekitar 54 persen penuh hari Senin terhadap target Uni Eropa 80 persen penuh pada Oktober dan 90 persen pada November.

Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan, menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara dapat menambah hingga 10 gigawatt kapasitas jika pasokan gas mencapai tingkat kritis. Undang-undang yang terkait dengan langkah tersebut masuk ke majelis tinggi parlemen pada 8 Juli.

Bersamaan dengan peralihan kembali ke batu bara, langkah-langkah terbaru Jerman termasuk sistem lelang yang dimulai dalam beberapa minggu mendatang untuk mendorong industri mengonsumsi lebih sedikit gas, dan bantuan keuangan untuk operator pasar gas Jerman, melalui pemberi pinjaman negara KfW, untuk mengisi fasilitas penyimpanan gas agar lebih cepat.

Baca Juga: Ukraina Tutup Jalur Gas Rusia, Pasokan Gas Untuk Sepertiga Eropa Terancam

Pembeli gas Rusia terbesar Eropa mulai mencari pasokan bahan bakar alternatif hari Senin (20/6/2022) untuk mengatasi berkurangnya aliran gas dari Rusia. (Sumber: Martin Meissner/Associated Press)

Utilitas Jerman RWE mengatakan hari Senin pihaknya dapat memperpanjang pengoperasian tiga pembangkit listrik tenaga batu bara 300 megawatt (MW) jika diperlukan selama krisis pasokan gas.

Pemerintah Austria setuju dengan utilitas Verbund untuk mengubah pembangkit listrik berbahan bakar gas menjadi batu bara jika negara itu menghadapi darurat energi. OMV mengatakan hari Senin bahwa Austria akan menerima setengah dari jumlah gas yang biasa untuk hari kedua.

Penyiar Belanda NOS melaporkan, pembangkit energi berbahan bakar batu bara di Belanda akan diizinkan meningkatkan produksi untuk membantu ketergantungan pada gas Rusia, mengutip sumber-sumber pemerintah. Menteri Energi Belanda akan membuat pengumuman tentang pasokan gas pada 1530 GMT.

Gazprom yang dikendalikan negara Rusia memangkas kapasitas minggu lalu di sepanjang Nord Stream 1, pipa utama yang memasok Jerman dan lainnya, dengan alasan keterlambatan pengembalian peralatan yang dilayani oleh Siemens Energy Jerman di Kanada.

"Kami memiliki gas, siap untuk dikirim, tetapi Eropa harus mengembalikan peralatan, yang harus diperbaiki sesuai kewajiban mereka," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Pejabat Jerman dan Italia mengatakan Rusia menggunakan ini sebagai alasan untuk mengurangi pasokan.

Italia, yang komite teknisnya untuk gas diperkirakan akan bertemu hari Selasa, mengatakan pihaknya dapat mengumumkan status siaga tinggi terhadap gas minggu ini jika Rusia terus membatasi pasokan.

Langkah ini akan memicu langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi, termasuk penjatahan gas untuk pengguna industri tertentu, meningkatkan produksi di pembangkit listrik tenaga batu bara dan meminta lebih banyak impor gas dari pemasok lain berdasarkan kontrak yang ada.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU