> >

Rusia Klaim Hajar Depot Amunisi Senjata Bantuan Barat, Sebut Ukraina akan Musnah dalam 2 Tahun

Krisis rusia ukraina | 15 Juni 2022, 19:59 WIB
Reruntuhan tank tergeletak di tepi jalan di Lypivka, di pinggiran Kiev, Ukraina, Selasa (14/6/2022). Pada Rabu (15/6), militer Rusia mengeklaim menggunakan rudal jarak jauh untuk menghancurkan sebuah depot amunisi di wilayah Lviv barat, Ukraina. Di depot itu, disimpan amunisi untuk senjata berat yang dipasok NATO. (Sumber: AP Photo/Natacha Pisarenko)

KYIV, KOMPAS.TV - Militer Rusia mengeklaim menggunakan rudal jarak jauh untuk menghancurkan  depot amunisi senjata berat bantuan AS dan NATO di wilayah Lviv barat, Ukraina, Rabu (15/6/2022).

Associated Press melaporkan, serangan itu terjadi saat pertempuran berkecamuk untuk menguasai kota Sievierodonetsk di daerah Donbas timur. Kota itu menjadi fokus utama serangan Rusia dalam beberapa pekan terakhir.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, pasukan Rusia menggunakan rudal Kalibr presisi tinggi untuk menghancurkan depot amunisi dekat kota Zolochiv, yang berada di oblast (wilayah setingkat provinsi) Lviv dekat perbatasan dengan negara anggota NATO Polandia.

Konashenkov menyebut, howitzer M777, sejenis yang dipasok oleh Amerika Serikat (AS), sedang disimpan di sana. Dia mengatakan, serangan udara Rusia juga menghancurkan "peralatan penerbangan" Ukraina di sebuah bandar udara militer di wilayah Mykolaiv selatan, katanya. 

Serangan itu terjadi ketika Ukraina terus menekan negara Barat untuk mengirimkan lebih banyak senjata, dan ketika negara-negara NATO menjanjikan lebih banyak senjata berat untuk Ukraina.

Separatis yang didukung Rusia menuduh pasukan Ukraina menyabotase evakuasi warga sipil dari pabrik kimia Azot yang terkepung di kota itu, di mana sekitar 500 warga sipil dan sejumlah pejuang Ukraina diyakini berlindung. 

Koridor kemanusiaan berupa gencatan senjata demi evakuasi warga sipil dari pabrik Azot diumumkan sehari sebelumnya oleh Rusia.

Baca Juga: Amerika Serikat Tegaskan Tidak Setir dan Tidak Tekan Ukraina untuk Merundingkan Gencatan Senjata

Asap mengepul dari target serangan udara Rusia di Lviv, barat Ukraina, Sabtu (26/3/2022). Militer Rusia, Rabu (15/6/2022), mengeklaim menggunakan rudal jarak jauh untuk menghancurkan sebuah depot amunisi di wilayah Lviv barat Ukraina, tempat amunisi untuk senjata berat yang dipasok NATO disimpan. (Sumber: Nariman El-Mofty/Associated Press)

Gubernur Ukraina Luhansk Serhiy Haidai menolak mengomentari pernyataan Rusia mengenai koridor kemanusiaan itu. Tetapi ia mengatakan kepada The Associated Press, "pertempuran sengit di Sievierodonetsk berlanjut hari ini."

Situasi di kota semakin buruk, Haidai mengakui, karena pasukan Rusia memiliki lebih banyak tenaga dan senjata.

“Tetapi militer kami menahan musuh dari tiga sisi sekaligus,” kata Haidai. “Musuh maju karena keuntungan signifikan dalam artileri dan jumlah personil, tetapi tentara Ukraina mempertahankan posisinya di kota.”

Dalam beberapa hari terakhir, para pejabat Ukraina berbicara tentang korban perang yang besar, dengan pertempuran sengit di timur menjadi pertempuran artileri yang membuat pasukan Kiev kalah senjata dan kalah jumlah.

“Kehilangan, sayangnya, menyakitkan, tetapi kami harus bertahan,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Selasa (14/6) malam dalam video pidato malamnya.

“Semakin banyak kerugian yang diderita musuh di sana, semakin sedikit kekuatan yang harus dimiliki untuk melanjutkan agresi. Oleh karena itu, Donbas adalah kunci untuk menentukan siapa yang akan mendominasi dalam beberapa minggu mendatang.”

Baca Juga: Kian Parah! Puluhan Menteri Pertahanan Bertemu di Markas NATO Bahas Suplai Senjata ke Ukraina

Patung kuno di Lviv, Ukraina dibungkus untuk melindunginya dari serpihan ledakan. (Sumber: Pavlo Palamarchuk/Associated Press)

Mykhailo Podolyak, seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymry Zelenskyy, mengunggah cuitan pada Rabu (15/6). Dia menyebut mendapat pesan harian dari para pembela Ukraina di sana yang mengatakan, “Kami bertahan, katakan saja: kapan harus mengharapkan senjata?”

Podolyak menyatakan, pesan itu adalah pesan sama yang dia tujukan bagi para pemimpin NATO.

Sementara itu, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dan mantan presiden Dmitry Medvedev menyatakan, Rusia tampaknya berniat menghancurkan tetangganya.

Dalam sebuah unggahan Telegram, dia menulis dirinya melihat laporan bahwa Ukraina akan menerima gas alam cair dalam kesepakatan dari "majikan di luar negeri" dengan pembayaran jatuh tempo dalam dua tahun.

Medvedev menyindir menambahkan, "Tetapi ada pertanyaan. Siapa bilang dalam dua tahun Ukraina bahkan masih akan ada di peta dunia?"

Medvedev, mantan presiden, membuat pernyataan keras terhadap Ukraina dan Barat di aplikasi Telegram sejak perang dimulai.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU