Festival Ganja dI Thailand Dihadiri Ribuan Peserta yang Bahagia, Penuh Kudapan dan Canda Tawa
Kompas dunia | 13 Juni 2022, 18:58 WIBPada tahun 2018, Thailand melegalkan ganja obat - sebuah langkah penting oleh sebuah negara di Asia Tenggara, di mana undang-undang anti-narkoba terkenal keras - dan pemerintah telah berinvestasi dalam ekstraksi, penyulingan, dan pemasaran minyak dari tanaman tersebut.
Laporan analis menunjukkan, dalam satu dekade ke depan, pasar ganja legal dapat bernilai mulai dari USD50 miliar hingga USD200 miliar karena negara-negara melonggarkan undang-undang seputar penggunaan pribadi dan medis.
Baca Juga: Geger, 1 Juta Bibit Pohon Ganja akan Dibagikan Gratis Pemerintah Thailand untuk Budidaya Warganya
Dunia usaha Thailand bergerak cepat untuk mendapat cuan dari liberalisasi ganja, termasuk Charoen Pokphand Foods, anak perusahaan makanan dan pertanian dari konglomerat raksasa, CP Group.
Bulan lalu, perusahaan mengumumkan rencana mengembangkan produk makanan dan minuman yang diresapi dengan CBD, turunan ganja, menekankan iklim yang menguntungkan Thailand untuk menumbuhkan tanaman dan reputasi untuk produk pertanian berkualitas tinggi.
Aturan baru menyisakan pertanyaan tentang penggunaan rekreasi, di mana merokok di luar rumah masih bisa membuat Anda ditangkap, meskipun dijerat dengan undang-undang "gangguan publik" bukan undang-undang narkoba.
Pelanggar berpotensi menghadapi denda 25.000 baht yang setara Rp10 juta dan tiga bulan penjara.
Produk ganja dengan konsentrasi lebih dari 0,2 persen tetrahydrocannabinol (THC) - senyawa psikoaktif yang menghasilkan obat "tinggi" - tetap ilegal.
Tetapi ketika ada kehadiran polisi di festival itu, petugas tampak lebih ingin tahu daripada menyensor.
Baca Juga: Pemerintah Nepal Bergerak Legalkan Ganja, Upaya Kembalikan Masa Jaya Daun Surgawi Khas Himalaya
Salah satu pemilik festival, Arun "Max" Avery (35) mengatakan, dia tidak khawatir dengan penerapan undang-undang tersebut dan publisitas di sekitarnya.
Orang Thailand sepanjang sejarah telah memasak, membuat, dan mengobati dengan ganja, jauh sebelum larangan, katanya. Jadi menurutnya, "memiliki tanaman asli mereka kembali ke tangan mereka sungguh menakjubkan."
"Orang-orang bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan dengannya," tambahnya, dan orang-orang di festival itu pasti menikmati diri mereka sendiri.
Joey, yang hanya memberikan nama depannya, terkikik sambil terengah-engah dan mengobrol dengan teman-temannya, bergoyang lembut.
"Seneng banget. Stres saya lepas," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Straits Times