Tolak Finlandia & Swedia, Sekjen NATO: Turki Layak Khawatir dengan Terorisme
Kompas dunia | 13 Juni 2022, 04:25 WIBHELSINKI, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stolenberg mengungkapkan Turki punya kekhawatiran yang sah atas tindak terorisme.
Seperti diberitakan Associated Press pada Minggu (12/6/2022), Stolenberg menyatakan tak ada negara anggota NATO yang menerima lebih banyak serangan teroris ketimbang Turki. Hal itu merujuk pada posisi geografis yang berdekatan dengan wilayah konflik seperti Irak dan Suriah.
"Ini adalah kekhawatiran yang sah. Ini tentang terorisme, ini tentang ekspor senjata. Kita harus mengatasi masalah keamanan semua sekutu, termasuk kekhawatiran Turki tentang kelompok teroris Partai Pekerja Kurdistan (PKK)," ungkap Stolenberg di kediaman musim panas kepresidenan Finlandia.
Baca Juga: Ketika Foto Berbicara: Hidup di Tengah Perang Ukraina
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini menolak permintaan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO. Turki melempar tuduhan bahwa kedua negara itu mendukung militan Kurdi yang dianggap sebagai teroris.
Ankara mengeklaim, Finlandia dan Swedia telah menolak ekstradisi total 33 orang terkait terorisme di Turki. Selain itu Helsinki dan Stockhlom telah melakukan embargo jual-beli senjata pada Turki sejak 2019.
Penolakan Erdogan atas masuknya Finlandia dan Swedia jadi bagian pertimbangan NATO, sebab penerimaan anggota baru wajib melibatkan kesepakatan bersama dengan 30 anggota pakta pertahanan itu.
"Ketika sekutu kunci yang vital (Turki) menyuarakan keprihatinan tentang terorisme, tentu saja kita harus duduk dan menganggapnya serius. Dan itulah yang kami lakukan," lanjut Stolenberg.
Dalam beberapa minggu terakhir, Sekjen NATO tengah berupaya menyelesaikan problem itu, tetapi belum membeberkan perkembangan terbaru.
Stolenberg dijadwalkan menghadiri panel diskusi tahunan pada Minggu di Finlandia, bersama pakar kebijakan luar negeri dan perwakilan militer. Setelah itu, ia diagendakan menuju Swedia pada Senin (13/6) waktu setempat untuk berbincang dengan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson.
Finlandia dan Swedia sebelumnya merupakan negara netral dalam hal militer. Sikap kedua negara itu berubah drastis usai meletusnya konflik Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Rusia Dapat Izin Terjunkan Tentara, Pesawat, Kapal Perang ke Nikaragua
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : AP