> >

Inflasi Merajalela di AS hingga 8,6 Persen di Bulan Mei, Kenaikan Harga BBM Dituding Jadi Pemicu

Kompas dunia | 10 Juni 2022, 21:39 WIB
Warga berjalan di pusat pertokoan Delaware, Amerika Serikat (AS). Inflasi di AS melonjak 8,6 persen bulan Mei dari 12 bulan sebelumnya, lebih cepat dari lonjakan tahun-ke-tahun bulan April sebesar 8,3 persen. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV — Biaya bahan bakar, makanan, dan kebutuhan lainnya di Amerika Serikat (AS) meroket pada bulan Mei. Ini menaikkan inflasi ke level tertinggi baru dalam empat dekade terakhir, dan makin memberi tekanan bagi rumah tangga AS atas kenaikan biaya hidup.

Melansir Associated Press, Jumat (10/6/2022), harga-harga barang konsumen melonjak 8,6 persen bulan lalu dari 12 bulan sebelumnya, lebih cepat dari lonjakan tahun-ke-tahun bulan April sebesar 8,3 persen, seperti laporan Departemen Tenaga Kerja hari Jumat, (10/6/2022)

Pada basis bulan ke bulan, harga melonjak 1 persen dari April hingga Mei, kenaikan tajam dari kenaikan 0,3 persen dari Maret hingga April. Harga BBM yang jauh lebih tinggi menjadi penyebab sebagian besar kenaikan itu.

Inflasi yang bersimaharajalela di AS memberikan tekanan berat pada tingkat keluarga, memaksa mereka membayar lebih banyak untuk makanan, BBM dan sewa tempat tinggal. Ini berakibat berkurangnya kemampuan mereka untuk membeli barang-barang pilihan, dari pangkas rambut hingga elektronik.

Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta kelompok masyarakat hispanik dan kulit hitam khususnya, saat ini makin kepayahan karena sebagian besar pendapatan habis dikonsumsi untuk kebutuhan dasar keluarga.

Baca Juga: Inflasi Tahunan Turki Tembus 73,5 Persen, Pengamat Salahkan Kebijakan Ekonomi Erdogan

Inflasi di Amerika Serikat melonjak 8,6 persen bulan Mei dari 12 bulan sebelumnya, lebih cepat dari lonjakan tahun-ke-tahun bulan April sebesar 8,3 persen. Harga bensin per galon oktan 87 di SPBU Shell, Rabu, 8 Juni 2022, di Englewood, Colorado mencapai 5 dolar AS per galon, atau Rp. 19.000 per liter. (Sumber: AP Photo/David Zalubowski)

Pada saat yang sama, inflasi menunjukkan beberapa tanda melunak. Para ekonom memperkirakan inflasi akan menurun tahun ini, meskipun tidak terlalu banyak.

Inflasi yang tinggi juga memaksa Bank Sentral, Federal Reserve atau The Fed, bersiap meluncurkan rangkaian kenaikan suku bunga tercepat dalam tiga dekade.

Dengan menaikkan biaya pinjaman secara agresif, The Fed berharap mendinginkan pengeluaran dan pertumbuhan secukupnya untuk mengekang inflasi tanpa membawa ekonomi ke dalam resesi. Bagi Bank Sentral, ini akan menjadi tindakan penyeimbangan yang sulit.

Survei menunjukkan, orang Amerika melihat inflasi yang tinggi sebagai masalah utama negara, dan paling tidak setuju dengan penanganan ekonomi oleh Presiden Joe Biden.

Kongres Partai Republik menghantam kubu Demokrat terkait masalah ini menjelang pemilihan paruh waktu musim gugur ini.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU