Australia Kekurangan Parah Tenaga Kerja, PM Australia Didesak Tingkatkan Jumlah Pekerja Migran
Kompas dunia | 10 Juni 2022, 20:20 WIBSYDNEY, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berada di bawah tekanan untuk mencabut batas penerimaan pekerja migran nasional. Ini disebabkan lantaran negeri kangguru itu sangat kekurangan pekerja, hingga memaksa beberapa sektor usaha membatasi jam kerja dan layanan.
Melansir Straits Times, Jumat (10/6/2022), sebelum pandemi Covid-19, Australia dengan mudah memenuhi kuota tahunannya, yang ditetapkan sekitar 160.000 migran permanen per tahun sejak 2017.
Tetapi, penutupan perbatasan internasional Australia yang ketat dari tahun 2020 hingga awal tahun ini mengganggu arus migran terampil, serta kedatangan jangka pendek seperti pelajar internasional dan wisatawan yang bekerja.
Akibatnya, Australia mengalami penurunan tajam dalam jumlah pekerja asingnya, justru pada waktu ekonominya sedang melesat pasca-pandemi. Kebutuhan dan permintaan tenaga kerjanya mencapai rekor tertinggi.
Biro Statistik Australia (ABS) pada Rabu (8/6) mengungkapkan, ada sekitar 420.000 lowongan kerja di seluruh negeri, terhitung 2,8 persen dari semua pekerjaan. Ini level tertinggi dalam catatan Australia. Pengangguran saat ini berada di 3,9 persen, tingkat terendah sejak 1974.
Bjorn Jarvis, kepala statistik tenaga kerja di ABS mengatakan, semua industri menderita kekurangan tenaga kerja. Ini termasuk sektor pertambangan, yang hampir 5 persen pekerjaannya tidak terisi. Pun, sektor jasa keuangan dan asuransi, di mana hampir 4 persen pekerjaan kosong tenaga kerja.
“Tingginya jumlah lowongan pekerjaan menunjukkan permintaan yang kuat untuk pekerja di seluruh sektor perekonomian, karena bisnis terus merespons gangguan pada operasi mereka,” katanya dalam sebuah pernyataan pada 31 Maret.
Baca Juga: Ribuan Pekerja Inggris Raya Ikuti Uji Coba 4 Hari Kerja, Dianggap Bisa Meningkatkan Kualitas Hidup
Kekurangan pekerja berdampak pada bisnis, yang berjuang untuk mengisi posisi dan harus mengurangi jam buka atau proyek yang dapat mereka kerjakan.
Liam Ganley, seorang operator bar dan restoran di Melbourne mengatakan, kurangnya staf memaksanya untuk mengurangi jumlah hari pembukaan di dua tempat usahanya.
Dia menjelaskan sudah menawarkan penerbangan gratis, akomodasi dan sponsorship kepada wisatawan muda yang bekerja dari Inggris untuk menarik mereka bekerja di tempatnya. Tetapi, dia tidak menerima lamaran.
"Lebih sulit untuk berdagang sekarang daripada di tengah Covid-19," katanya kepada The Australian Financial Review.
Australia berencana menerima 110.000 pekerja terampil tahun ini dan 50.000 anggota keluarga asing penduduk, tetapi kewalahan untuk menarik dan memproses pekerja migran.
Saat ini Australia memiliki 96.000 orang dengan visa pekerja terampil temporer, dibandingkan dengan 195.000 pada tahun 2014. Pada bulan April, lebih banyak pekerja terampil meninggalkan Australia daripada tiba.
Kurangnya kedatangan disalahkan pada sulitnya bersaing dengan negara lain untuk mendapatkan pekerja terampil, terutama karena banyak orang tetap enggan bepergian atau pindah karena pandemi.
Baca Juga: Populasi Susut, Jepang Perlu Rekrut Pekerja Asing 4 Kali Lipat agar Ekonomi Tumbuh sesuai Target
Tetapi Australia juga mengalami penundaan yang lama dalam memproses aplikasi visa. Waktu tunggu rata-rata bagi lulusan teknik yang mencari visa khusus 18 bulan dilaporkan sekarang 41 bulan.
Beberapa analis mengatakan lebih banyak sumber daya dan staf diperlukan untuk pemrosesan visa.
Albanese, yang Partai Buruhnya mengalahkan Koalisi Liberal-Nasional pada pemilihan pada 21 Mei, minggu ini menggambarkan tunggakan pekerjaan aplikasi visa sebagai "luar biasa". Dia mengatakan sangat berusaha untuk memastikan waktu pemrosesan visa dikurangi.
"Saat datang ke pemerintahan, tanpa membahas masalah lain, kami menemukan, kami memiliki masalah dalam memproses visa," katanya kepada wartawan.
"Hanya ada timbunan (berkas) yang luar biasa," imbuhnya.
Kelompok bisnis mendesak pemerintah baru yang dipimpin PM Albanese untuk meningkatkan dan mempercepat penerimaan migran, terutama pekerja terampil.
Baca Juga: Ingin Kerja di Jerman? Negara itu Ngebet Datangkan 400.000 Pekerja Internasional per Tahun
Kepala eksekutif National Australia Bank Ross McEwan mengatakan, pemulihan arus masuk pekerja migran sangat penting untuk mengatasi kekurangan keterampilan dan memastikan pemulihan ekonomi berlanjut.
"Menurut saya, ini adalah salah satu masalah paling mendesak yang harus menjadi fokus pemerintah baru," katanya kepada The Australian Financial Review Banking Summit pada akhir Maret.
Sebuah prospek ekonomi baru yang dirilis pada hari Rabu oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menemukan, kekurangan tenaga kerja Australia menjadi yang terburuk kedua di negara maju setelah Kanada.
"(Arus) imigrasi yang terampil akan meningkat setelah pembukaan kembali perbatasan internasional pada Februari, tetapi diperkirakan tidak cukup untuk secara material mengurangi ketatnya pasar tenaga kerja," kata laporan itu.
Kamar Dagang dan Industri Australia mengatakan, pemerintah harus meningkatkan penerimaan migran terampil menjadi 200.000 orang per tahun.
Albanese belum mengusulkan perubahan batas pada asupan migran, tetapi berjanji mengadakan pertemuan puncak membahas tenaga kerja akhir tahun ini.
KTT diharapkan fokus pada kekurangan pekerja, termasuk upaya untuk mempermudah dan mempercepat masuknya pekerja migran.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times