> >

PBB Kecam Pemberitaan yang Rasis dan Homofobik tentang Penularan Cacar Monyet, Total Sudah 92 Kasus

Kompas dunia | 23 Mei 2022, 08:24 WIB
UNAIDS, hari Minggu (22/5/2022) mengecam pemberitaan dan komentar publik sebagai rasis dan homofobik terkait makin maraknya infeksi cacar monyet, karena sebagian besar kasus Monkeypox yang baru-baru ini dilaporkan, teridentifikasi di antara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria. (Sumber: The Guardian Nigeria)

JENEWA, KOMPAS.TV - Badan PBB untuk penanganan AIDS (UNAIDS), hari Minggu (22/5/2022) mengecam pemberitaan dan komentar publik sebagai rasis dan homofobik terkait makin maraknya infeksi cacar monyet, karena sebagian besar kasus Monkeypox yang baru-baru ini dilaporkan, teridentifikasi di antara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria, seperti tertulis dalam pernyataan yang disiarkan PBB, Mingu, (22/5/2022).

UNAIDS memperingatkan pemberitaan yang rasis dan homofobik, dengan penggambaran tentang orang Afrika dadn LGBTI akan memperburuk stigma dan melemahkan respons terhadap wabah yang saat ini sedang berkembang.

UNAIDS mengatakan, "sebagian besar" kasus cacar monyet baru-baru ini memang diidentifikasi di antara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria.

Pada 21 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan 92 kasus yang dikonfirmasi laboratorium dan 28 kasus dugaan dari 12 negara tidak endemik penyakit tersebut.

Beberapa kasus telah diidentifikasi melalui klinik kesehatan seksual dan penyelidikan sedang berlangsung.

Penyakit itu bisa menyerang siapa saja. Menurut WHO, bukti yang ada menunjukkan mereka yang paling berisiko adalah mereka yang pernah melakukan kontak fisik dekat dengan penderita cacar monyet, dan risiko itu tidak terbatas pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.

UNAIDS mendesak media, pemerintah, dan masyarakat untuk menanggapi dengan pendekatan berbasis bukti dan berbasis hak yang menghindari stigma.

Baca Juga: Virus Cacar Monyet Sudah Sampai Israel, Diduga Kasus Pertama di Timur Tengah

Gambar dari elektron mikroskop bertarikh 2003 ini menunjukkan virion penyebab cacar monyet berbentuk oval (kiri) dan virion belum masak yang berbentuk bulat (kanan). UNAIDS, hari Minggu (22/5/2022) mengecam pemberitaan dan komentar publik sebagai rasis dan homofobik terkait makin maraknya infeksi cacar monyet. (Sumber: CDC via AP)

“Stigma dan kesalahan merusak kepercayaan dan kapasitas untuk merespons secara efektif selama wabah seperti ini,” kata Matthew Kavanagh, Wakil Direktur Eksekutif UNAIDS.

“Pengalaman menunjukkan retorika stigmatisasi dapat dengan cepat menonaktifkan respons berbasis bukti, karena hal itu memicu siklus ketakutan, menjauhkan orang dari layanan kesehatan, menghambat upaya untuk mengidentifikasi kasus, dan mendorong tindakan hukuman yang tidak efektif”.

Kavanagh menyoroti bahwa agensi tersebut menghargai komunitas LGBTI karena telah memimpin dalam meningkatkan kesadaran akan Cacar Monyet dan menegaskan kembali penyakit itu dapat menyerang siapa saja.

“Wabah ini menyoroti kebutuhan mendesak bagi para pemimpin untuk memperkuat pencegahan pandemi, termasuk membangun kapasitas yang dipimpin masyarakat dan infrastruktur hak asasi manusia yang lebih kuat, untuk mendukung tanggapan yang efektif dan tidak menstigmatisasi terhadap wabah”, katanya.

Badan tersebut mendesak semua media yang meliput Monkeypox untuk mengikuti pembaruan WHO.

WHO mengatakan kini ketika situasi berkembang dan pengawasan meluas, diharapkan lebih banyak kasus Cacar Monyet akan diidentifikasi.

Sampai saat ini, semua kasus yang sampelnya dikonfirmasi oleh PCR telah diidentifikasi terinfeksi clade Afrika Barat.

Baca Juga: Ini Beda Cacar dengan Cacar Monyet, Waspadai 7 Gejala Ini

Cacar Monyet atau Monkeypox adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang sangat mirip dengan yang terlihat di masa lalu pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. (Sumber: WHO)

Urutan genom dari sampel swab dari kasus yang dikonfirmasi di Portugal menunjukkan kecocokan virus Cacar Monyet yang menyebabkan wabah saat ini, dengan kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel dan Singapura pada 2018 dan 2019.

WHO mengatakan identifikasi kasus Cacar Monyet yang dikonfirmasi dan dicurigai tanpa hubungan perjalanan langsung ke daerah endemik merupakan 'peristiwa yang sangat tidak biasa'.

Cacar Monyet atau Monkeypox adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang sangat mirip dengan yang terlihat di masa lalu pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah.

Ada dua clade virus Cacar Moyet, yaitu clade Afrika Barat dan clade Congo Basin di Afrika Tengah.

Nama Monkeypox berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada tahun 1958. Kasus manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.

Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur.

Masa inkubasi Cacar Monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/United Nations


TERBARU