Keluarga Shireen Abu Akleh Inginkan Keadilan: Israel Sengaja Membungkamnya dengan Peluru
Kompas dunia | 22 Mei 2022, 05:35 WIBHal senada diungkapkan Lina. Keponakan Shireen ini menyebut sang jurnalis seperti “ensiklopedia berjalan.”
“Ketika kami berkendara antara Yerusalem dan Ramallah, dia akan berbicara tentang apa pun yang kami lihat di jalan dengan detail luar biasa. Dia senang membaca dan belajar,” katanya.
Ayah Lina sekaligus kakak kandung Shireen, Anton alias Tony, juga yakin bahwa Israel sengaja menembak mati sang jurnalis.
Baca Juga: Tentara Israel Larang Muslim Masuk ke Pemakaman Jurnalis Al-Jazeera Shireen Abu Akleh
Tony menganggap klaim Israel bahwa Shireen terjebak pertempuran dan terkena peluru kombatan Palestina “absurd.”
“Tidak mungkin salah mengidentifikasi Shireen waktu itu. Tidak mungkin untuk menganggapnya sebagai pejuang,” kata Tony.
Pria 58 tahun itu merujuk lokasi kematian Shireen yang terbuka dan rompi bertuliskan “PRESS” besar-besar yang dikenakannya.
“Mereka (Israel) adalah tersangkanya, diduga membunuhnya. Kami melihat apa yang mereka (Israel) lakukan di pemakaman (Shireen). Sulit untuk memercayai apa pun yang mereka katakan,” lanjut Tony.
Ketika hari pemakaman Shireen, 13 Mei lalu, polisi Israel mementungi pelayat dan pengusung jenazah Shireen. Peti jenazahnya hampir terjatuh.
Tony pun berjanji akan mencari keadilan untuk Shireen. Ia juga berharap sesuatu yang baik bagi rakyat Palestina akan timbul dari kematian adiknya.
Ia berharap, status Shireen sebagai warga negara Amerika Serikat (AS) akan membuat Washington mau meluncurkan invesitasi atas kematiannya.
“Saya harap pencarian keadilan ini akan mengakhiri standar ganda yang dihadapi Palestina, dan membantu menjerat mereka yang membunuh banyak jurnalis Palestina lain untuk bertanggung jawab. Saya harap pembunuhan Shireen akan membawa perubahan,” pungkas Tony.
Baca Juga: Remaja Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel saat Kerusuhan Tepi Barat, Satu Lainnya Luka Serius
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Al Jazeera