Kematian Jurnalis Shireen Abu Akleh, Aktivis Tuduh AS Terlibat dalam Pelanggaran HAM Israel
Kompas dunia | 14 Mei 2022, 07:51 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) disebut tidak objektif terhadap Israel atas kematian jurnalis Al-Jazeera, Shireen Abu Akleh. Washington juga dituduh terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Israel di wilayah Palestina yang didudukinya.
Para pembela HAM meminta AS mengaca dan meminta agar menilai ulang dukungan tanpa syarat yang diberikannya kepada Israel.
Departemen Luar Negeri AS telah mendesak penyelidikan sesegera mungkin dan menyeluruh atas pembunuhan Abu Akleh, yang merupakan warga AS berdarah Palestina.
Ia ditembak mati oleh pasukan Israel di Tepi Barat saat meliput kekerasan yang dilakukan polisi Israel pekan ini.
Baca Juga: Insiden Pemukulan oleh Polisi Israel Warnai Pemakaman Jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh
Tetapi para aktivis pembela HAM yang berbasis di AS mengatakan, pernyataan itu seperti mengabaikan keterlibatan Washington dalam pelanggaran HAM Israel.
“Ada kemunafikan dan ironi mendalam dari pejabat AS yang menyerukan penyelidikan, ketika apa yang benar-benar mereka perlu lakukan adalah mengaca di cermin,” ujar Direktur Komunikasi IfNotNow, Elias Newman, dikutip dari Al-Jazeera.
IfNotNow adalah grup pemuda Yahudi Amerika yang anti-pendudukan Israel.
“Ketika berbicara tentang politisi yang memberi dukungan tanpa syarat kepada Pemerintah Israel, mereka perlu mengaca dan melihat bahwa sebenarnya pendanaan tanpa syarat kami adalah faktor besar yang memungkinkan pemerintah Israel bertindak dengan impunitas melakukan pelanggaran HAM,” tambahnya.
Penyelenggara Nasional Komite Amerika-Arab Anti-Diskriminasi (ADC), Jinan Deena mencatat, Abu Akleh menjadi warga AS kedua yang dibunuh pasukan Israel tahun ini.
Sebelumnya, Omar Assad yang berusia 78 tahun tewas setelah ditahan di Tepi Barat, wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel, Januari lalu.
Baca Juga: AS Diminta Tak Sertakan Israel dalam Penyelidikan Kematian Jurnalis Al-Jazeera Shireen Abu Akleh
Deena mengungkapkan, warga Palestina-Amerika seperti dirinya, tak dilindungi oleh pemerintah AS, saat berkunjung ke Palestina untuk menemui keluarganya.
“Kami warga Amerika dan kami membayar pajak, dan uang itu tak hanya digunakan untuk merisak keluarga kami dan warga Palestina, tetapi juga kami sekarang,” kata Deena.
“Banyak dari kami yang takut untuk pergi ke Palestina pada tahun ini.”
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden dan para pembantunya berulang kali menegaskan akan memberikan bantuan kepada Israel, tanpa syarat, pengurangan atau pengetatan dengan total 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp55 triliun setiap tahun.
Aparat Israel Serang Prosesi Pemakaman Shireen Abu Akleh
Pada Jumat (13/5/2022), pasukan Israel menyerbu prosesi pemakaman Shireen Abu Akleh di Yerusalem. Mereka menggebuki para pelayat dan pengusung peti jenazah Abu Akleh.
Video penyerangan tersebut menyebar ke seluruh dunia hingga Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengaku "sangat terganggu".
"Setiap keluarga berhak untuk mengistirahatkan orang-orang tercinta mereka dengan cara yang bermartabat dan tanpa hambatan," cuitnya di Twitter.
Utusan AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield juga mengaku "sangat sedih" dengan kejadian tersebut.
Ironisnya, bahkan sebelum ditetapkan sebagai Utusan AS untuk PBB tahun lalu, Thomas-Greenfield telah menyatakan bahwa salah satu prioritasnya adalah melindungi Israel dari kritik di PBB.
Selain mengucurkan dana sebesar USD3,8 miliar dalam bentuk bantuan militer per tahun untuk Israel, tahun ini, Washington memberikan tambahan USD1 miliar kepada Tel Aviv guna memperkuat kembali sistem pertahanan rudal Iron Dome menyusul serbuan ke Jalur Gaza pada Mei 2021 lalu.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Al-Jazeera