Rusia Rayakan Hari Kemenangan, Zelenskyy Peringatkan Serangan Rusia yang akan Meningkat
Krisis rusia ukraina | 9 Mei 2022, 06:52 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Hari ini Moskow bersiap untuk merayakan Hari Kemenangan untuk memperingati penyerahan Nazi Jerman pada tahun 1945. Mereka akan melakukan parade militer Hari Kemenangan pada hari Senin (9/5/2022).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa serangan Rusia akan memburuk menjelang Hari Kemenangan. Beberapa kota di Ukraina mengumumkan jam malam atau memperingatkan orang-orang agar tidak berkumpul di tempat umum.
Presiden Rusia Vladimir Putin diyakini ingin memproklamirkan semacam kemenangan di Ukraina ketika dia berpidato di depan pasukan di Lapangan Merah.
"Mereka tidak punya apa-apa untuk dirayakan," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, kepada CNN.
“Mereka belum berhasil mengalahkan Ukraina. Mereka belum berhasil memecah belah dunia atau memecah belah NATO. Dan mereka hanya berhasil mengasingkan diri secara internasional dan menjadi negara paria di seluruh dunia,” ujarnya.
Peningakatan serangan Rusia sudah mulai dirasakan Ukraina. Pada Minggu (8/5/2022), Rusia menyerang sekolah yang menewakan lebih dari 60 orang. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan keterkejutannya akan serangan Rusia terhadap sebuah sekolah di kota Bilohorivka, Ukraina, Minggu (8/5/2022).
Baca Juga: Zelensky Tuduh Putin Sedang Meniru Kekejaman Nazi di Ukraina: Iblis Telah Kembali
Juru bicara PBB mengatakan pada hari Minggu bahwa Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menegaskan kembali bahwa warga sipil dan infrastruktur sipil harus diselamatkan di bawah hukum internasional.
“Perang ini harus diakhiri, dan perdamaian harus ditegakkan sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional. PBB dan mitra kemanusiaannya di Ukraina akan terus mendukung mereka yang hidupnya telah hancur karena perang,” ujar Juru bicara PBB Stephane Dujarric seperti dikutip dari The Associated Press.
Lebih dari 60 orang diduga tewas akibat serangan ini. Sebuah bom Rusia meratakan sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat perlindungan. “Warga sipil harus membayar harga tertinggi dalam perang,” ujar Guterres.
Pihak berwenang mengatakan sekitar 90 orang telah berlindung di ruang bawah tanah. Kru darurat menemukan dua mayat dan menyelamatkan 30 orang, tetapi kemungkinan besar 60 orang yang masih berada di bawah reruntuhan sudah tewas. Informasi ini dituliskan Gubernur Provinsi Luhansk Serhiy Haidai di aplikasi pesan Telegram.
Penembakan Rusia juga menewaskan dua anak laki-laki, usia 11 dan 14 tahun, di kota terdekat Pryvillia, katanya. Luhansk adalah bagian dari Donbas, jantung industri di timur yang ingin direbut oleh pasukan Rusia.
Baca Juga: Bom Rusia Hantam Sekolah di Luhansk, 60 Orang Tewas, PBB TerkejutPasukan
Rusia masih berjuang untuk menyelesaikan pengambilalihan Mariupol, yang sebagian besar telah menjadi puing-puing. Wanita terakhir, anak-anak dan warga sipil yang berlindung dengan para pejuang di pabrik Azovstal dievakuasi pada hari Sabtu. Bus yang membawa lebih dari 170 pengungsi dari pabrik baja dan bagian lain Mariupol tiba di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina pada Minggu, kata pejabat PBB.
Pasukan Ukraina di pabrik baja telah menolak tenggat waktu yang ditetapkan oleh Rusia untuk meletakkan senjata mereka.
Kapten Sviatoslav Palamar, wakil komandan Resimen Azov Ukraina, sebuah unit yang memegang pabrik baja, mengatakan tempat itu menjadi akan menjadi sasaran serangan pesawat tempur, artileri dan tank.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press