> >

Israel Sebut Vladimir Putin Minta Maaf atas Ucapan Menlu Lavrov soal Yahudi dan Hitler

Krisis rusia ukraina | 6 Mei 2022, 13:17 WIB
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan dia menerima permintaan maaf dari Presiden Rusia Vladimir Putin hari Kamis, (5/5/2022) atas pernyataan kontroversial Menlu Rusia Sergei Lavrov tentang yahudi dan Hitler. (Sumber: Gil Cohen-Magen/Pool via AP)

JERUSALEM, KOMPAS.TV — Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengaku bahwa dia menerima permintaan maaf dari Presiden Rusia Vladimir Putin atas pernyataan kontroversial Menlu Rusia Sergei Lavrov tentang Yahudi dan Hitler, seperti laporan Associated Press, Jumat (6/5/2022).

Kedua pemimpin berbicara melalui telepon. Setelah itu sebuah pernyataan Israel mengatakan bahwa Putin meminta maaf atas ucapan Lavrov.

Namun, pernyataan Rusia tentang panggilan tersebut tidak menyebutkan permintaan maaf.

Sebaliknya, dikatakan mereka menekankan pentingnya menandai kekalahan Nazi dalam Perang Dunia II, yang dirayakan Rusia pada hari Senin.

Bennett muncul sebagai mediator potensial antara Rusia dan Ukraina tak lama setelah invasi Moskow.

Namun, peran itu diragukan minggu ini ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membuat komentar tentang elemen Nazi di Ukraina walau Presidennya Yahudi, serta tentang darah Yahudi yang dimiliki Hitler, pembantai kaum Yahudi, yang sangat menyinggung orang Yahudi.

Ditanya dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Italia tentang klaim Rusia bahwa mereka menginvasi Ukraina untuk "mendenazifikasi" negara itu, Lavrov mengatakan, Ukraina masih bisa memiliki elemen Nazi meskipun presidennya, Volodymyr Zelenskyy, adalah orang Yahudi.

“Menurut pendapat saya, Hitler juga memiliki asal-usul Yahudi, jadi itu tidak berarti apa-apa. Untuk beberapa waktu kami telah mendengar dari orang-orang Yahudi yang bijak bahwa antisemit terbesar adalah orang Yahudi,” katanya, berbicara kepada stasiun radio tersebut dalam bahasa Rusia, yang dialihbahasakan oleh terjemahan Italia.

Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, yang mengecam keras Rusia atas invasi tersebut, menyebut pernyataan Lavrov "tidak dapat dimaafkan dan memalukan dan kesalahan sejarah yang mengerikan."

“Orang-orang Yahudi tidak membunuh diri mereka sendiri dalam Holocaust,” kata Lapid, putra seorang penyintas Holocaust.

“Tingkat rasisme terendah terhadap orang Yahudi adalah menyalahkan orang Yahudi sendiri atas antisemitisme.”

Dia menuntut agar Rusia meminta maaf dan Israel memanggil duta besar Rusia sebagai protes.

Baca Juga: Rusia Tuding Israel Dukung Neo-Nazi di Ukraina, Menyusul Kecaman Israel terhadap Menlu Sergei Lavrov

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan dia menerima permintaan maaf dari Presiden Rusia Vladimir Putin hari Kamis, (5/5/2022) atas pernyataan kontroversial Menlu Rusia Sergei Lavrov tentang yahudi dan Hitler. (Sumber: Maxim Shipenkov/Pool Photo via AP)

Bennett, yang lebih terukur dalam kritiknya terhadap invasi Rusia, juga mengutuk komentar Lavrov. Pada Kamis, dia mengatakan Putin telah meminta maaf.

“Perdana Menteri menerima permintaan maaf Presiden Putin atas pernyataan Lavrov dan berterima kasih kepadanya karena telah mengklarifikasi sikap Presiden terhadap orang-orang Yahudi dan memori Holocaust,” kata kantor Bennett dalam sebuah pernyataan.

Mengangkat narasi Rusia yang mengakar tentang penderitaan dan kepahlawanan dalam Perang Dunia II, Putin menggambarkan perang di Ukraina sebagai perjuangan melawan Nazi, meskipun memiliki pemerintahan yang dipilih secara demokratis dan seorang Presiden Yahudi yang kerabatnya terbunuh dalam Holocaust.

Israel memperoleh kemerdekaan setelah Holocaust dan menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang Yahudi di dunia.

Holocaust dan peringatannya tetap menjadi pusat identitas nasional Israel, dan negara itu menandai hari peringatan Holocaust tahunannya minggu lalu. Nazi dan kolaborator mereka membunuh 6 juta orang Yahudi selama Perang Dunia II.

Israel mencoba mempertahankan hubungan meskipun Rusia menyerang Ukraina, sebagian karena Rusia memiliki kehadiran militer yang besar di negara tetangga Suriah, di mana Israel secara rutin menyerang sasaran militer Iran yang dicurigai. Israel dan Moskow mengoordinasikan tindakan mereka di Suriah untuk menghindari konflik.

Itu membuka jalan bagi Bennett untuk dapat mencoba menengahi antara kedua belah pihak di Ukraina, peran yang tampaknya dilanjutkannya minggu ini.

Kantor Bennett mengatakan, dia dan Putin membahas rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari pabrik baja yang terkepung di kota pelabuhan Mariupol di Ukraina selatan. Itu terjadi setelah panggilan telepon antara Bennett dan Zelenskyy pada Rabu.

Pernyataan dari Bennett mengatakan Putin "berjanji untuk mengizinkan evakuasi warga sipil, termasuk warga sipil yang terluka, melalui koridor kemanusiaan PBB dan Palang Merah."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU