Penyiksaan dan Pelecehan Anak Melonjak Tajam di Pakistan
Kompas dunia | 30 April 2022, 00:18 WIBISLAMABAD, KOMPAS.TV — Sebuah kelompok bantuan Pakistan yang didedikasikan untuk perlindungan anak mengatakan, penyiksaan, serangan dan pelecehan seksual terhadap anak-anak atau child abuse melonjak 30 persen di Pakistan tahun 2021, seperti laporan Associated Press, Jumat (29/4/2022).
Direktur organisasi itu mengganggap geng-geng "web gelap" yang berdagang pornografi anak dan jual beli anak-anak yang harus disalahkan atas peningkatan itu.
Organisasi Sahil mengatakan, jumlah kasus meningkat 30 persen pada 2021, dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok ini melacak pelecehan seksual anak dan bekerja pada program perlindungan anak selama lebih dari 25 tahun.
Dalam laporan tahunannya yang berjudul “Angka yang Kejam,” kelompok itu mengatakan ada 3.852 kasus pelecehan seksual anak pada tahun 2021 di Pakistan, termasuk pernikahan anak – atau lebih dari 10 serangan per hari.
Sahil mencatat kasus yang dilaporkan setiap hari di lebih dari 80 publikasi nasional dan regional di seluruh Pakistan. Kira-kira 80 persen dari kasus tersebut berujung tuntutan hukum, kata laporan itu, mencatat sebagian besar kasus pelecehan jarang dilaporkan.
Menurut data, 54 persen korban adalah perempuan dan 46 persen laki-laki. Pelecehan seksual terhadap anak laki-laki kebanyakan terjadi antara usia 6 dan 16 tahun, anak perempuan yang dilecehkan bahkan pada usia yang lebih muda.
Baca Juga: Pengebom Bunuh Diri Serang Institut Konghucu di Pakistan, Empat Tewas, Diduga Sasar WN China
Munizae Bano, direktur eksekutif organisasi tersebut, mengungkapkan keterkejutannya atas lonjakan dramatis, sementara dia menyalahkan pembatasan ketat masa pandemi untuk beberapa peningkatan pelecehan anak.
Bano juga mengungkapkan, aktivitas kriminal yang dilakukan oleh kelompok terorganisir yang memperdagangkan anak-anak sedang meningkat.
“Tentu saja, lebih aktif di sini,” katanya kepada The Associated Press, berbicara melalui telepon dari Islamabad, ibu kota Pakistan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press