> >

Negara Arab Segera Bergelimang Cuan Hasil Lonjakan Harga Minyak Dunia, Tapi Ada Juga yang Terpukul

Kompas dunia | 28 April 2022, 04:39 WIB
Tangki penyimpanan di fasilitas minyak Aramco, Jeddah, Arab Saudi, Minggu, 21 Maret 2021. Ekonomi dunia diperkirakan tumbuh sekitar 3,6 persen tahun ini, tetapi eksportir minyak negara-negara Arab akan bergelimang cuan dari harga energi yang tinggi, seperti laporan IMF yang dilaporkan Associated Press, Kamis, (28/4/2022) (Sumber: Foto AP / Amr Nabil)

Raja Arab Saudi Salman mengumumkan minggu ini paket pembayaran jaminan sosial lebih dari setengah miliar dolar kepada warga Saudi yang membutuhkan untuk bulan suci Ramadhan, yang berakhir minggu ini. Setiap kepala keluarga akan menerima 267 dollar AS  dan tambahan 133 dollar AS untuk setiap tanggungan mereka.

Baca Juga: Dihajar Sanksi Amerika Serikat dan Barat, Ekspor Minyak Bumi Rusia ke Asia Naik Tajam

Pangeran Abdulaziz bin Salman, Menteri Perminyakan Arab Saudi, berargumentasi bahwa peningkatan produksi minyak bumi yang terlalu cepat adalah terlalu beresiko. Ekonomi dunia diperkirakan tumbuh sekitar 3,6 persen tahun ini, tetapi eksportir minyak negara-negara Arab akan bergelimang cuan dari harga energi yang tinggi, seperti laporan IMF yang dilaporkan Associated Press, Kamis, (28/4/2022). (Sumber: Reuters)

Kerajaan Arab Saudi menjalankan program "Rekening Warga" terpisah dengan sekitar 10 juta penerima manfaat - hampir setengah dari populasi Saudi.

Program ini bertujuan untuk meringankan beban keuangan warga dan memberikan dukungan kepada keluarga dengan pendapatan terbatas.

Dukungan rata-rata per keluarga mencapai 285 dollar AS pada bulan April. Sejak dimulai pada awal 2017, program ini telah mengucurkan 31 dollar AS miliar.

Sebaliknya, negara-negara seperti Suriah dan Lebanon berada dalam kesulitan ekonomi yang parah sehingga IMF tidak memiliki proyeksi ekonomi untuk keduanya.

Suriah disapu perang saudara selama lebih dari satu dekade. Lebanon terperosok dalam kemacetan politik dengan angka ekonomi terakhir yang dicatat oleh IMF pada tahun 2020 menunjukkan kontraksi ekonomi sebesar 22 persen tahun itu.

Situasi ini juga sangat mengerikan untuk Sudan, di mana inflasi harga konsumen diperkirakan mencapai 245 persen tahun ini. Tahun lalu, angkanya mencapai 359 persen, meroket sejak revolusi 2019 di negara itu.

Mesir, negara terpadat di kawasan itu, menghadapi banyak tantangan meskipun IMF memperkirakan ekonominya akan tumbuh hampir 6 persen tahun ini, sebelum turun menjadi sekitar 5 persen pertumbuhan pada tahun 2023.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melonjak, PBB Minta Blokade Ladang Minyak di Libya Dibuka

Kantor pusat OPEC. Ekonomi dunia diperkirakan tumbuh sekitar 3,6 persen tahun ini, tetapi eksportir minyak negara-negara Arab akan bergelimang cuan dari harga energi yang tinggi, seperti laporan IMF yang dilaporkan Associated Press, Kamis, (28/4/2022). (Sumber: AP Photo/Lisa Leutner, File)

“Mesir adalah salah satu negara yang terkena dampak langsung perang di Ukraina,” kata Azour.

Harga gandum yang lebih tinggi diperkirakan akan meningkatkan tagihan impor negara-negara Timur Tengah sekitar 9 miliar dollar AS, dan antara 1 miliar dollar AS dan 2 miliar dollar AS untuk Mesir.

Dengan inflasi yang diperkirakan mencapai 10,4 persen tahun ini di Mesir, pemerintah melonggarkan nilai tukar dan mata uang terdepresiasi sebesar 15 persen dalam beberapa pekan terakhir. Kebijakan itu juga membatasi harga roti nonsubsidi agar biaya tidak melonjak.

Mesir telah menghubungi IMF untuk menjajaki pendanaan tambahan. Awal bulan ini Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar menjanjikan sekitar  22 miliar dollar AS ke Mesir untuk mendukung Mesir yang sedang kepayahan menopang ekonomi.

Sekitar 5 miliar dollar AS di antaranya adalah simpanan Saudi di bank sentral Mesir. Sisanya datang dalam bentuk kesepakatan investasi dari UEA dan Qatar.

Prospek regional oleh IMF muncul setelah pemberi pinjaman merilis perkiraan global awal bulan ini.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU