Negara Arab Segera Bergelimang Cuan Hasil Lonjakan Harga Minyak Dunia, Tapi Ada Juga yang Terpukul
Kompas dunia | 28 April 2022, 04:39 WIBDUBAI, KOMPAS.TV — Ekonomi dunia diperkirakan tumbuh sekitar 3,6 persen tahun ini, tetapi eksportir minyak negara-negara Arab melihat rejeki nomplok dari harga energi yang tinggi, yang akan menopang ekonomi mereka dan mengisi kembali cadangan keuangan mereka tahun ini dan tahun berikutnya.
Demikian menurut sebuah laporan dirilis Rabu oleh Dana Moneter Internasional IMF seperti dilansir Associated Press, Kamis (28/4/2022).
Namun, ada pula yang paling terpukul di Timur Tengah, yaitu negara pengimpor minyak dan negara-negara seperti Mesir yang juga sangat bergantung pada impor makanan dari wilayah Laut Hitam, di mana serangan Rusia ke Ukraina berdampak pada ekspor seperti minyak bunga matahari, barley dan gandum di seluruh dunia.
Perang menyebabkan harga gandum melonjak karena petani di Ukraina terpaksa mengangkat senjata, berhenti bertani atau tidak dapat mengekspor biji-bijian mereka karena pelabuhan dan jalan yang diblokir.
Harga energi yang lebih tinggi membawa keberuntungan bagi produsen minyak di kawasan Arab, seperti Arab Saudi di mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 7,6 persen tahun ini.
Kuwait, negara lain yang sangat bergantung pada pendapatan minyak, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan 8 persen tahun 2022, pembalikan penting dari pertumbuhan ekonomi yang hanya 1 persen tahun lalu dan kontraksi hampir 9 persen yang tahun 2020.
Angka IMF memperkirakan Irak akan melihat ekspansi terbesar ekonominya di kawasan itu, dengan pertumbuhan 9,5 persen diproyeksikan tahun ini.
Secara keseluruhan, IMF memperkirakan dalam lima tahun ke depan, tingkat arus masuk tambahan dan cadangan keuangan ke negara-negara pengekspor minyak Timur Tengah akan melebihi 1 triliun dollar, kata Jihad Azour, direktur departemen Timur Tengah dan Asia Tengah di IMF, kepada Associated Press.
Baca Juga: Harga Minyak Bumi Naik ke Level Tertinggi Selama 7 tahun Terakhir, Dipicu Instabilitas Geopolitik
Proyeksi IMF didasarkan pada sejumlah asumsi, termasuk harga minyak akan rata-rata sekitar 107 dollar AS per barel tahun 2022 dan diperdagangkan sekitar 92 dollar AS per barel pada 2023.
Negara-negara pengekspor minyak Teluk Arab diproyeksikan memproduksi sekitar 18 juta barel minyak per hari tahun ini, dengan sekitar 14 juta barel untuk ekspor. Sebagian besar jumlah tersebut akan diproduksi dan diekspor oleh Arab Saudi.
Rystad Energy, sebuah perusahaan riset dan intelijen bisnis, mengatakan Arab Saudi akan menjadi penerima manfaat terbesar dari harga minyak yang lebih tinggi dan diperkirakan akan menerima lebih dari 400 dollar AS miliar dari ekspor minyak dan gasnya, meningkat hampir 250 dollar AS miliar dari tahun 2021.
Selain itu, Irak juga akan mendapat rezeki nomplok sejumlah 200 dollar AS miliar, dua kali lipat dari pendapatannya dibandingkan dengan tahun 2021.
Aliran masuk keuangan tambahan adalah sangat penting bagi negara-negara Teluk Arab, terutama saat mereka mencoba untuk mendiversifikasi ekonomi mereka dari ketergantungan pada minyak untuk pengeluaran negara dan ketika dunia mencari teknologi yang lebih hijau untuk industri listrik.
Arus masuk juga penting untuk memberikan bantuan kepada publik di negara-negara di mana kekuasaan absolut terkonsentrasi di tangan penguasa turun-temurun.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Associated Press