Beijing Lockdown, Warga Timbun Bahan Pangan dan Kebutuhan Lainnya
Kompas dunia | 26 April 2022, 13:00 WIBBEIJING, KOMPAS.TV- Warga Beijing, China, melakukan aksi panic buying di pusat perbelanjaan. Mereka memborong bahan pangan dan kebutuhan lainnya selama penguncian wilayah atau lockdown yang diterapkan pemerintah setempat.
Seperti beberapa kawasan permukiman di Distrik Chaoyang dan Distrik Shunyi yang ditutup total. Seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 di China, pemerintah melarang warga berkegiatan di luar rumah.
Di sisi lain, otoritas terkait sebenarnya sudah menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat dan akan menindak pelaku penimbunan. Namun, tetap saja masyarakat berbondong-bondong mendatangi pasar, toko swalayan, dan pusat perbelanjaan.
"Saya sudah siapkan bahan makanan pokok, terutama telur, untuk beberapa hari ke depan," kata seorang warga negara Indonesia di Beijing, seperti dikutip Antara, Selasa (26/4/2022).
Baca Juga: Beijing Waspada Usai Ditemukan Belasan Kasus Positif Covid-19, China Disebut Hadapi Wabah Terburuk
Ia dan beberapa WNI lainnya sampai rela dua hari berturut-turut ikut mengantre di pusat perbelanjaan di sekitar tempat tinggalnya.
"Mi instan, sayur-mayur, dan buah-buahan sudah mulai menghilang di pasaran," ujar seorang WNI lainnya yang tinggal di Distrik Chaoyang.
Tetapi, meski barang-barang kebutuhan warga mulai langka, tidak ada kenaikan harga pada bahan makanan. Ada juga sebagian warga yang menggunakan jasa layanan pesan-antar makanan online, walau lebih mahal karena ada biaya tambahan.
Selain itu, warga memadati tempat tes PCR gratis yang disediakan pemerintah di sejumlah permukiman, mulai hari Minggu (24/4). Untuk warga yang tidak ingin mengantre, bisa mendatangi lokasi tes PCR secara mandiri dengan biaya sendiri sebesar 25 yuan (Rp55.000).
Baca Juga: Lockdown Shanghai Kian Ekstrem, China Bangun Pagar Hijau untuk Batasi Pergerakan Warga
Sejak Jumat (22/4) hingga Senin (25/4) di Kota Beijing terdapat 70 kasus positif COVID-19. Otoritas kesehatan setempat melakukan tindakan cepat tanggap agar wabah gelombang terkini itu tidak meluas.
"Pelacakan virus pada klaster terakhir ini identik dengan infeksi yang terjadi di luar Beijing," ucap Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kota Beijing, Pang Xinghuo, kepada pers.
Sepuluh kasus pertama ditemukan di salah satu sekolahan di Distrik Chaoyang pada Jumat (22/4). Sejak saat itu, otoritas mengerahkan semua kekuatan untuk mencegah meluasnya wabah.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber : Antara