Ibu di Mariupol Ungkap Rusia Deportasi Putranya dari Ukraina, Khawatir Dipaksa Lawan Negara Sendiri
Krisis rusia ukraina | 25 April 2022, 09:45 WIBDNIPRO, KOMPAS.TV - Seorang ibu yang berasal dari Mariupol mengungkapkan Rusia telah mendeportasi paksa putranya dari Ukraina.
Ibu bernama Natalia Demish itu berhasil melarikan diri dari Mariupol yang dikepung tentara Rusia bulan lalu.
Meski ia kini telah aman di Dnipro, namun Natalia menegaskan ia hilang kontak dengan putranya yang berusia 21 tahun, Yuri.
Menurut Natalia, Yuri telah dideportasi paksa dari Ukraina oleh Rusia.
Baca Juga: Kedubes Rusia Bantah Iran Kirim Senjata ke Moskow untuk Serangan ke Ukraina: Itu Berita Palsu
Ia pun khawatir putranya akan dipaksa untuk berperang melawan negaranya sendiri.
Natalia mengungkapkan dirinya sempat bersembunyi di ruangan bawah tanah selama 34 hari bersama suami, orang tua serta dua putrinya.
Sedangkan Yuri, tinggal dengan mantan suaminya di daerah pemukiman yang mengalami kehancuran buruk karena serangan Rusia.
Akibatnya, Natalia harus meninggalkan putranya, karena kesulitan untuk mencapainya.
Namun pada 4 April, Yuri sempat mengirim pesan kepadanya lewat aplikasi Viber, yang digunakan secara luas di Ukraina.
Dikutip dari NBC News, pada pesan tersebut, Yuri mengungkapkan mereka dipaksa untuk pergi ke Rusia.
Saat Natalia akhirnya bisa berbicara dengan Yuri, ia mengatakan bahwa mereka ditempatkan ke kereta dan di bawa ke Rusia, tapi tak disebutkan tujuan akhirnya.
Baca Juga: Erdogan Ingatkan Zelensky: Evakuasi Warga Sipil Ukraina di Mariupol Harus Terorganisir
Natalia mengatakan kepada Yuri, bahwa ia harus mencoba melarikan diri dan lompat dari kereta.
“Ibu semua jendela ditutup. Hal itu bukan pilihan,” kata Yuri seperti diungkapkan Natalia.
“Tidak mengetahui di mana putra saya, hal itu sangat membunuh saya,” tutur Natalia.
Natalia mengungkapkan Yuri kembali menghubunginya setelah sepekan tak ada kabar.
Ia mengatakan setelah tiga hari di ketera, mereka tiba di Desa Semyonovka di Nizhegorodsky Oblast.
Ia mengatakan dirinya dan orang-orang lain ditempatkan di rumah kayu di sekitar hutan, dan sukarelawan Rusia memberikan makanan dan obat kepada mereka.
Baca Juga: Serangan Rudal Rusia di Odesa Tewaskan Bayi Tiga Bulan, Zelensky: Mana Mungkin Ia Jadi Ancaman
Tetapi ia mengatakan ponselnya diperiksa, dan ia ditanyai tentang keluarga di Ukraina dan teman di pasukan Ukraina.
Yuri juga mengatakan kepada Natalia ia tak bisa keluar dari daerah tersebut karena mereka dianggap pengungsi.
Natalia pun menegaskan pihak Rusia berusaha mencuci otak putranya.
“Ia mengatakan mereka memberitahu mereka bahwa Ukraina tak pernah eksis sebagai sebuah negara, dan bagian dari Rusia,” katanya.
“Saat ia keberatan dan mengatakan sejarah tak bisa ditulis ulang, dua orang menghampirinya dan menanyainya selama dua jam,” kata Natalia.
Ia juga ditanyai kenapa menulis surat kepada ibunya bahwa ia dipaksa dikirim ke Rusia.
Baca Juga: Cerita Warga Sipil yang Terjebak di Mariupol Rayakan Paskah di Bunker Bawah Tanah
Yuri mengatakan kepada pihak Rusia bahwa ia tak pernah ditanya apakan ingin pergi dari Ukraina.
“Ia diberitahu dirinya akan direkrut oleh tentara di Ukraina jika bertahan, dan akan umpan meriam, tetapi ia sekarang berada di Rusia, negara yang hebat,” katanya.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada bulan lalu menegaskan berita bahwa warga Ukraina telah dipaksa dipindahkan dari Mariupol ke Rusia tidak benar.
Tapi ia mengatakan militer Rusia memang membantu warga sipil untuk pergi dari kota tersebut.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : NBC News