Ini Alasan Perebutan Pabrik Baja Azovstal di Kota Mariupol Sangat Penting Bagi Rusia dan Ukraina
Krisis rusia ukraina | 22 April 2022, 08:15 WIBMARIUPOL, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim kendali atas kota pelabuhan Mariupol Ukraina bahkan ketika personil Ukraina masih bertahan di pabrik baja raksasa di tepi laut Azov tersebut, Kamis (21/4/2022).
Seperti laporan Associated Press, Jumat (22/4), pernyataan Putin mencerminkan pentingnya kota di Laut Azov dan tampaknya merupakan upaya untuk menyatakan kemenangan tanpa menyerbu kantong terakhir perlawanan Ukraina di sana: pabrik baja Azovstal.
Mengapa Pertempuran Merebut Pabrik Baja Azovstal di Mariupol Sangat Lama?
Beberapa ribu tentara Ukraina, menurut perkiraan Moskow, bertahan di pabrik tersebut, yang mencakup area seluas hampir 11 kilometer persegi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sekitar 1.000 warga sipil juga terjebak di pabrik itu.
Azovstal memiliki labirin terowongan dan lorong bawah tanah sepanjang 24 kilometer, yang memungkinkan personil militer Ukraina bermanuver dengan bebas untuk mengusir serangan Rusia.
Sebelum perang, pihak berwenang Ukraina bersiap untuk serangan Rusia dengan membangun persediaan makanan dan air di Azovstal.
“Pabrik ini mencakup area yang luas, dan Ukraina dapat bergerak melalui terowongan bawah tanah untuk berpindah lokasi dengan cepat,” kata pakar militer Ukraina Oleh Zhdanov.
“Azovstal sangat sulit untuk diserang, dan Rusia berisiko kehilangan banyak pasukan, sumber daya, dan yang terpenting, waktu di sana,” kata Zhdanov.
“Ini adalah kota di dalam kota, dan pertempuran di sana bisa memakan waktu berbulan-bulan.” tambahnya.
Dia menambahkan selama Mariupol bertahan, Rusia tidak dapat memindahkan 10-12 unit elit mereka ke daerah lain di Ukraina timur.
Kota itu terus mengganggu pasukan tentara Rusia dan menggagalkan rencana Kremlin untuk menyerang Donbas.
Baca Juga: Rusia Jatuhkan Sanksi Balasan, Wapres AS Kamala Harris dan Bos Facebook Zuckerberg Dilarang Masuk
Bagaimana Putin Menggambarkan Pertempuran Memperebutkan Mariupol?
Pada Kamis kemarin, Putin bertemu dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, yang mengatakan seluruh kota kecuali Azovstal sekarang berada di bawah kendali penuh Rusia.
Diperlukan tiga hingga empat hari untuk menyedot keluar pasukan Ukraina dari pabrik baja Azovstal, tambah Shoigu.
Dalam pertemuan yang disiarkan televisi, Putin memberi selamat kepada militer, dengan mengatakan, menempatkan pusat penting di selatan seperti Mariupol di bawah kendali adalah sebuah keberhasilan.
Pada saat yang sama, dia memerintahkan Shoigu untuk tidak mengirim pasukan ke Azovstal untuk menghabisi perlawanan, untuk menghindari kerugian.
Sebagai gantinya, pabrik itu akan ditutup rapat sehingga tidak ada seekor lalat pun yang masuk.
Pernyataan itu tampaknya mencerminkan upaya Putin untuk mengklaim kemenangan tanpa serangan berdarah habis-habisan terhadap pabrik dengan harapan yang bertahan akan menyerah setelah kehabisan makanan dan amunisi.
Putin tidak mengatakan apa-apa tentang menghentikan pemboman pabrik, yang mungkin akan terus berlanjut.
Baca Juga: Putin Nyatakan Mariupol Dikuasai Penuh Rusia, Sisa Pasukan Ukraina Dikepung Rapat Saja
Bagaimana Tanggapan Ukraina?
Oleksiy Arestovich, seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengejek klaim kemenangan Putin, dengan mengatakan itu mencerminkan fakta bahwa militer Rusia tidak dapat secara fisik menundukkan Azovstal.
Pensiunan Laksamana Muda Inggris Chris Parry menggambarkan pernyataan Putin sebagai tanda perubahan pendekatan, seraya mengamati bahwa agenda Rusia sekarang bukanlah untuk merebut tempat-tempat yang benar-benar sulit di mana Ukraina dapat bertahan di pusat-pusat kota, tetapi untuk mencoba dan menguasai wilayah dan juga untuk mengepung pasukan Ukraina lalu mendeklarasikan kemenangan besar.
Parry menyamakan perlawanan Ukraina di Mariupol dengan pertempuran Stalingrad, di mana Tentara Merah mengusir Nazi yang memblokade kota dalam titik balik penting dalam Perang Dunia II.
Komandan unit Ukraina di pabrik Azovstal membuat serangkaian video seruan putus asa dalam beberapa hari terakhir, mengatakan mereka bertahan pada seutas benang dan memohon bantuan.
Mayor Serhiy Volynskyy dari Brigade Marinir ke-36 mengatakan dalam sebuah video pada Rabu (20/4) kemarin mengatakan "kita mungkin menghadapi hari-hari terakhir kita, jika bukan jam-jam terakhir,” seraya menambahkan “jumlah musuh melebihi kita 10-1.”
Zelensky mengatakan sekitar 1.000 warga sipil juga berlindung di pabrik dan “kami terbuka untuk berbagai format pertukaran orang-orang kami dengan orang-orang Rusia, termasuk militer Rusia yang mereka tinggalkan.”
Namun dia menambahkan Rusia menghalangi upaya Ukraina untuk keluar melalui negosiasi.
Baca Juga: Tentara Rusia Kibarkan Bendera Uni Soviet di Ukraina, Bukti Kemenangan Putin?
Mengapa Mariupol Penting?
Mariupol, yang merupakan bagian dari kawasan industri di Ukraina timur yang dikenal sebagai Donbas, menjadi sasaran utama Rusia sejak invasi 24 Februari dimulai.
Penaklukan kota akan memungkinkan pembentukan koridor darat dari perbatasan Rusia ke Semenanjung Krimea Ukraina yang diintegrasikan Moskow tahun 2014.
Penguasaan Mariupol juga akan membuat Ukraina kehilangan pelabuhan utama dan aset industri berharga.
Pengepungan selama tujuh minggu mengikat sejumlah besar pasukan Rusia, yang sangat dibutuhkan untuk serangan di tempat lain di Donbas.
Wilayah itu adalah tempat separatis yang didukung Moskow memerangi pasukan pemerintah Ukraina sejak 2014, setelah pencaplokan Krimea.
Baca Juga: Kabar Gembira! Rusia Janji Akhiri Serangan Militer ke Ukraina, tapi NATO Harus Ikuti Syarat Ini
Bagaimana Perkembangan Pengepungan Mariupol oleh Rusia?
Sejak dimulai 1 Maret, militer Rusia menghajar Mariupol tanpa henti dengan rentetan artileri dan serangan udara, meratakan sebagian besar kota yang dulu ramai.
Pemboman yang dituding tanpa pandang bulu menghantam rumah, rumah sakit dan bangunan umum lainnya, menewaskan ribuan orang, termasuk sekitar 300 orang yang tewas dalam serangan udara di Teater Drama Mariupol yang digunakan sebagai tempat perlindungan.
Walikota Vadym Boychenko mengatakan kepada The Associated Press setidaknya 21.000 orang tewas di Mariupol, dengan mayat-mayat "tergeletak di jalan-jalan."
Dia mengatakan Rusia mengerahkan peralatan kremasi bergerak untuk membuang jenazah secara metodis, dengan tujuan menghancurkan bukti pembantaian dan mencegah organisasi internasional mendokumentasikan "kengerian yang menjadi tanggung jawab tentara Rusia."
Dia menduga mayat juga dibuang ke kuburan massal di luar kota.
Dia memperkirakan 120.000 orang tetap di Mariupol dari populasi sebelum perang sekitar 450.000.
Baca Juga: Komandan Pasukan Ukraina di Mariupol Beri Pesan Terakhir, Minta Pertolongan ke Pemimpin Dunia
Bagaimana Tanggapan Ukraina atas Penyerbuan Mariupol oleh Rusia?
Ukraina mengirim beberapa pasukan terbaiknya untuk mempertahankan Mariupol, termasuk Brigade Marinir ke-36, pasukan Kementerian Dalam Negeri, penjaga perbatasan, dan Resimen Azov milik garda nasional.
Resimen Azov adalah pasukan sukarelawan berpengalaman yang secara luas dianggap sebagai salah satu unit paling mampu di Ukraina dan telah dipilih oleh Rusia sebagai penjahat tertentu karena ideologi Neo-Nazi sayap kanannya.
Moskow mengerahkan personil tempur dari Chechnya, yang dikenal karena keganasan dan ketenangan mereka dalam perang kota, untuk mengobarkan pertempuran jalanan di Mariupol.
Pemimpin Chechnya yang didukung Moskow, Ramzan Kadyrov, berulang kali membual di media sosial tentang mengalahkan Ukraina di Mariupol, tetapi pertarungan terus berlanjut.
Setelah berminggu-minggu pertempuran dari rumah ke rumah di mana Rusia dipandang mengalami kerugian besar, termasuk beberapa perwira senior dan jenderal, para pembela Mariupol bersembunyi di kantong perlawanan terakhir yang tersisa, pabrik raksasa Azovstal yang mempekerjakan 10.000 pekerja sebelum perang.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press