Inggris Ikut Tinggalkan Pertemuan G20: Kami Mengutuk Perang Rusia Melawan Ukraina
Krisis rusia ukraina | 21 April 2022, 09:47 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Inggris menjadi salah satu negara yang ikut angkat kaki dari pertemuan G20 saat Rusia berbicara.
Wakil tiga negara itu, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada memutuskan meninggalkan pertemuan G20 sebagai protes atas penyerangan Rusia ke Ukraina.
Mereka meninggalkan pertemuan ketika delegasi Rusia berbicara pada rangkaian pertemuan G20 pada pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, Rabu (20/4/2022).
Sumber mengungkapkan Gubernur Bank Inggris, Andrew Bailey dan pejabat Kementerian Keuangan Inggris merupakan bagin dari yang meninggalkan pertemuan.
Protes itu muncul setelah para pemimpin Barat menentang keanggotaan Rusia di grup G20.
Baca Juga: Menkeu AS Ikut Sebagian Pertemuan G20 dan IMF serta Bank Dunia Walau Rusia Hadir
Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak, melalui cuitannya mengungkapkan perwakilan Inggris telah meninggalkan pertemuan.
“Kami bersatu pada pengutukan kami atas perang Rusia melawan Ukraina, dan akan mendorong koordinasi internasional yang lebih kuat untuk menghukum Rusia,” cuitnya dikutip The Guardian.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan kepada peserta pertemuan, ia tak setuju kedatangan pejabat senor Rusia.
Yellen sebelumnya dikabarkan telah bertemu dengan Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, yang saat ini memegang presidensi bergilir G20, untuk menegaskan tak ada bisnis seperti biasanya dengan Rusia pada ekonomi global.
Tak lama sebelum protes terjadi, Ketua IMF, Kristalina Georgieva memperingatrkan 75 tahun kemajuan pembangunan sedang terancam oleh perpecahan kerja sama internasional.
Baca Juga: Jerman Ngaku Stok Bantuan Militer Menipis dan Enggan Kirim Senjata Berat, Ukraina Kecewa
Ditanya tentang laporan potensi pemogokan pada pertemuan G20, Georgieva mengatakan dunia telah mencapai momen penting bagi kemitraan global.
Hal itu untuk mengatasi berbagai masalah, termasuk pandemi Covid-19, perang di Ukraina, darurat iklim dan meningkatnya kemiskinan.
“Jelas ada fakta yang sangat meresahkan yang harus kita hadapi. Jujur, saya tak pernah berpikir akan hidup melalui perang lain di Eropa dalam skala yang terjadi saat ini,” katanya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : The Guardian