Timor Leste Gelar Putaran Kedua Pemilihan Presiden Hari ini, Ramos-Horta Diunggulkan Menang
Kompas dunia | 19 April 2022, 09:09 WIBDILI, KOMPAS.TV — Timor Leste hari Selasa, (19/4/2022) menggelar pemungutan suara putaran kedua untuk memilih presiden baru, di mana unggulan Jose Ramos-Horta berhadapan dengan Francisco Guterres atau Lu Olo, seperti laporan Associated Press, Selasa, (19/4/2022).
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta memimpin dalam pemungutan suara putaran pertama bulan lalu, tetapi gagal mendapatkan lebih dari 50 persen suara yang disyaratkan konstitusi untuk memenangkan kursi presiden.
Ramos-Horta meraih 46,6 suara, Presiden petahana Francisco "Lu Olo" Guterres meraih 22,1 persen dan suara lainnya dibagi di antara 14 kandidat lainnya dalam pemilihan 19 Maret.
Ramos-Horta, 72 tahun, dan Guterres, 67 tahun, keduanya adalah tokoh perlawanan selama pemerintahan Indonesia di Timor Timur.
Lebih dari 76 persen suara bulan lalu diberikan kepada tokoh-tokoh era perlawanan, menunjukkan betapa mereka mendominasi politik dua dekade kemudian dan meskipun suara-suara yang lebih muda muncul.
Pemenang putaran kedua pilpres Timor leste akan mulai menjabat pada 20 Mei, bertepatan dengan peringatan 20 tahun kemerdekaan Timor Timur.
Ramos-Horta, presiden Timor Leste dari 2007 hingga 2012, dan Guterres, saling tuding dan saling menyalahkan selama bertahun-tahun kelumpuhan politik.
Baca Juga: Pilpres Timor Leste Hari Ini, Jose Ramos-Horta dan Petahana Lu Olo Guterres Bersaing Ketat
Pada tahun 2018, Guterres menolak untuk mengambil sumpah sembilan calon Kabinet dari Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Timur, CNRT, sebuah partai yang dipimpin oleh mantan perdana menteri dan pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmao, yang mendukung pencalonan Ramos-Horta sebagai presiden.
Guterres berasal dari Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka, yang dikenal dengan akronim lokal Fretilin, yang memimpin perlawanan terhadap pemerintahan Indonesia.
Fretilin mengatakan Ramos-Horta tidak layak menjadi presiden, menuduhnya penyebab krisis saat menjabat perdana menteri tahun 2006, ketika puluhan orang terbunuh ketika persaingan politik berubah menjadi konflik terbuka di jalan-jalan Dili.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press