Serbuan Besar-besaran Rusia ke Ukraina Timur Dimulai
Krisis rusia ukraina | 19 April 2022, 08:23 WIBLVIV, KOMPAS.TV — Rusia melancarkan serangan skala penuh untuk menguasai timur Ukraina hari Senin, (18/4/2022) menyerang di front tempur sepanjang 480 kilometer, kata presiden Ukraina dalam apa yang menandai pembukaan fase perang yang baru dan berpotensi klimaks, seperti laporan Associated Press, Selasa, (19/4/2022)
“Pasukan Rusia telah memulai pertempuran untuk Donbas,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan dalam sebuah pidato video. Dia mengatakan “sebagian besar dari seluruh tentara Rusia sekarang terkonsentrasi pada serangan ini.”
Donbas adalah jantung industri Ukraina yang sebagian besar berbahasa Rusia di timur, di mana separatis yang didukung Moskow melawan pasukan Ukraina delapan tahun terakhir dan telah mendeklarasikan dua republik independen yang diakui Rusia.
Dalam beberapa pekan terakhir, Kremlin menyatakan menguasai Donbas adalah tujuan utama serangan yang dinyatakan untuk membantu dua republik yang merdeka dan diakui Rusia, yaitu Donetsk dan Lugansk.
Setelah menarik diri dari ibu kota, Rusia mulai berkumpul kembali dan memperkuat pasukan daratnya di timur untuk serangan besar-besaran.
“Tidak peduli berapa banyak pasukan Rusia yang didorong ke sana, kami akan bertarung,” Zelenskyy bersumpah. "Kami akan membela diri. Kami akan melakukannya setiap hari."
Staf umum militer Ukraina mengatakan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin meningkatkan serangan di wilayah Lugansk dan Donetsk – keduanya merupakan bagian dari Donbas – serta di daerah Zaporizhzhia.
Baca Juga: Rusia Tutup Akses Keluar Masuk Mariupol, Peringatkan Warga yang Bertahan Akan Disaring
"Pagi ini, hampir di seluruh garis depan wilayah Donetsk, Luhansk dan Kharkiv, para penjajah berusaha menerobos pertahanan kami," kata Oleksiy Danilov, sekretaris dewan keamanan nasional Ukraina, seperti dikutip media Ukraina.
“Untungnya, militer kita bertahan. Mereka hanya melewati dua kota. Ini Kreminna dan kota kecil lainnya." kata Danilov, seraya menambahkan, "Kami tidak akan menyerahkan wilayah kami."
Seorang pejabat militer Ukraina mengatakan pertempuran jalanan telah dimulai di Kreminna dan evakuasi tidak mungkin dilakukan.
Administrator militer regional Lugansk dari pihak Ukraina Serhiy Haidai mengatakan tembakan artileri berat membakar tujuh bangunan tempat tinggal dan menargetkan kompleks olahraga tempat tim Olimpiade negara itu berlatih.
Haidai kemudian mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa Rusia mengambil alih kota itu setelah “meratakan semuanya dengan tanah,” sehingga pasukannya mundur untuk berkumpul kembali dan terus berjuang.
Sementara itu, di kota pelabuhan Mariupol selatan yang terkepung, Denys Prokopenko, komandan Resimen Azov yang dituding berhalauan Nazi dari Garda Nasional Ukraina yang bertahan melawan pasukan Rusia, mengatakan dalam sebuah pesan video bahwa Rusia mulai menjatuhkan bom penghancur bunker pada pabrik baja Azovstal, pabrik tempat resimen itu bersembunyi.
Pabrik yang luas itu berisi terowongan terowongan tempat para petempur berlindung. Itu diyakini sebagai kantong perlawanan besar terakhir di kota yang hancur itu.
Baca Juga: PM Ukraina Denys Shmyhal: Mariupol Belum Jatuh, Pasukan akan Berjuang Sampai Akhir
Semalam dan pada hari Senin, Rusia membombardir kota Lviv dan banyak target lainnya di seluruh Ukraina dalam apa yang tampaknya merupakan upaya intensif untuk menghancurkan pertahanan negara itu.
Sedikitnya tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan rudal di Lviv, sebuah kota yang dekat dengan perbatasan Polandia yang hanya mengalami serangan sporadis selama hampir dua bulan perang dan telah menjadi surga bagi warga sipil yang melarikan diri dari pertempuran di tempat lain.
Untuk memanaskan angkara murka Kremlin, Lviv juga telah menjadi pintu gerbang utama untuk senjata yang dipasok NATO.
Serangan di Lviv menghantam tiga fasilitas infrastruktur militer dan sebuah toko mobil, menurut gubernur wilayah itu, Maksym Kozytskyy. Dia mengatakan yang terluka termasuk seorang anak.
Sebuah hotel Lviv yang melindungi warga Ukraina yang melarikan diri dari pertempuran di bagian lain negara itu juga rusak parah, kata Wali Kota Andriy Sadovyi.
Kota ini telah mengalami pembengkakan populasi di mana orang tua, ibu dan anak-anak mencoba melarikan diri dari perang.
“Mimpi buruk perang telah mengejar kami bahkan di Lviv,” kata Lyudmila Turchak, yang melarikan diri dengan dua anak dari kota timur Kharkiv. “Tidak ada lagi tempat di Ukraina di mana kita bisa merasa aman.”
Baca Juga: Puluhan Ribu Veteran Suriah Siap Bantu Rusia Serang Ukraina, Termasuk Divisi Pasukan Harimau
Lviv, kota terbesar dan pusat transportasi utama di Ukraina barat, berjarak sekitar 80 kilometer dari Polandia, anggota NATO.
Rusia mengeluhkan peningkatan aliran senjata Barat ke Ukraina dan memperingatkan bantuan tersebut dapat membawa konsekuensi.
Di media pemerintah Rusia, beberapa pembawa berita menuduh jumlah pasokan memperlihatkan dengan jelas keterlibatan Barat dalam perang melawan Rusia.
Sebuah ledakan kuat juga mengguncang Vasylkiv, kota di selatan ibu kota Kiev yang merupakan rumah bagi sebuah pangkalan udara, menurut penduduk. Tidak segera jelas apa yang dihantam serangan tersebut.
Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, dilanda bombardir udara dan artileri yang menewaskan sedikitnya tiga orang, menurut wartawan Associated Press di tempat kejadian.
Salah satu korban tewas adalah seorang wanita yang tampak keluar untuk mengambil air di tengah hujan. Dia ditemukan dengan tabung air dan payung di sisinya.
Baca Juga: Pabrik Baja Azovstal di Mariupol Disebut Benteng Pertahanan Terbaik untuk Pasukan Ukraina
Analis militer mengatakan Rusia meningkatkan serangannya terhadap pabrik senjata, rel kereta api, dan infrastruktur lainnya menjelang serangan besar-besaran di Donbas.
Moskow mengatakan rudalnya menghantam lebih dari 20 sasaran militer di timur dan tengah Ukraina pada hari terakhir, termasuk gudang amunisi, markas komando dan kelompok pasukan dan kendaraan.
Ia juga melaporkan artileri menghajar 315 target tambahan Ukraina dan pesawat tempur Rusia melakukan 108 serangan terhadap pasukan dan peralatan militer. Klaim Rusia itu dikatakan Associated Press belum dapat diverifikasi secara independen.
Jenderal Richard Dannatt, mantan kepala Angkatan Darat Inggris, mengatakan kepada Sky News bahwa Rusia sedang melancarkan kampanye "pelunakan" menjelang serangan Donbas.
Seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas penilaian Pentagon tentang perang, mengatakan sekarang ada 76 unit tempur Rusia, yang dikenal sebagai kelompok taktis batalion atau Battalion Tactical Group, di timur dan selatan Ukraina, naik dari 65 BTG minggu lalu.
Itu bisa berarti umlahnya sekitar 50.000 hingga 60.000 tentara, berdasarkan apa yang dikatakan Pentagon pada awal perang bahwa setiap BTG adalah kekuatan unit khas dengan komposisi 700 hingga 800 tentara dan peralatan tempur, tetapi jumlahnya sulit ditentukan pada tahap ini dalam pertempuran.
Baca Juga: Menlu Ukraina: Mariupol Sudah Tidak Ada, Rata dengan Tanah
Pejabat itu juga mengatakan empat penerbangan kargo AS tiba di Eropa hari Minggu, bagian dari pengiriman awal senjata dan bahan lainnya ke Ukraina dari paket 800 juta dollar AS yang diumumkan oleh Washington pekan lalu.
Selain itu, pelatihan personel Ukraina tentang howitzer 155 mm AS akan dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Penundukan Mariupol, di mana Ukraina memperkirakan 21.000 orang telah tewas, dipandang sebagai kunci.
Pasalnya, dengan mendapat Mariupol, Rusia dan Donetsk serta Lugansk akan mendapat pelabuhan vital Ukraina dan mewujudkan jembatan darat antara Rusia dan Semenanjung Krimea, yang direbut dari Ukraina dari 2014.
Pejabat pertahanan AS mengatakan jika pasukan Rusia berhasil mengambil kendali penuh atas Mariupol, Rusia dapat membuat hampir selusin kelompok taktis batalyon untuk digunakan di tempat lain di front tempur Donetsk dan Lugansk.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press