> >

China Kirimkan 5 Pesawat Bawa Rudal Antipesawat Canggih untuk Serbia

Kompas dunia | 10 April 2022, 23:26 WIB
Serbia menerima pengiriman sistem peluru kendali antipesawat canggih China tipe HQ-22 atau FK-3 dalam operasi terselubung akhir pekan ini. (Sumber: PLAAF)

Meskipun Serbia memilih mendukung resolusi PBB yang mengutuk serangan berdarah Rusia di Ukraina, Serbia menolak bergabung dengan sanksi internasional terhadap sekutunya di Moskow atau langsung mengkritik kekejaman nyata yang dilakukan oleh pasukan Rusia di sana.

Kembali pada tahun 2020, pejabat Amerika Serikat memperingatkan Beograd terhadap pembelian sistem antipesawat HQ-22, yang versi ekspornya dikenal sebagai FK-3.

Amerika Serikat mengatakan, jika Serbia benar-benar ingin bergabung dengan Uni Eropa dan aliansi Barat lainnya, ia harus menyelaraskan peralatan militernya dengan standar Barat.

Baca Juga: China Tuduh Aliansi AUKUS Ciptakan NATO versi Asia-Pasifik: Mereka Masih Bermental Perang Dingin

Serbia menerima pengiriman sistem peluru kendali antipesawat canggih China tipe HQ-22 atau FK-3 dalam operasi terselubung akhir pekan ini, di tengah kekhawatiran Barat bahwa penumpukan senjata di Balkan pada saat perang di Ukraina dapat mengancam perdamaian yang rapuh di kawasan tersebut. (Sumber: Topwar Russia)

Sistem rudal China banyak dibandingkan dengan rudal Patriot Amerika dan sistem rudal permukaan-ke-udara S-300 Rusia meskipun memiliki jangkauan yang lebih pendek daripada S-300 yang lebih canggih. Serbia akan menjadi operator pertama rudal China di Eropa.

Serbia berperang dengan tetangganya pada 1990-an. Negara yang secara resmi mengejar keanggotaan Uni Eropa, meningkatkan kemampuan angkatan bersenjatanya dengan senjata Rusia dan China, termasuk pesawat tempur, tank tempur, dan peralatan lainnya.

Tahun 2020, Serbia menerima pengiriman drone Chengdu Pterodactyl-1, yang dikenal di China sebagai Wing Loong. Drone tempur itu mampu menyerang target dengan bom dan rudal dan dapat digunakan untuk tugas pengintaian.

Ada kekhawatiran di Barat, tindakan Rusia dan China mempersenjatai Serbia dapat mendorong negara Balkan itu ke arah perang lain, terutama melawan bekas provinsi Kosovo yang memproklamasikan kemerdekaan pada 2008.

Serbia, Rusia, dan China tidak mengakui kemerdekaan Kosovo, sementara Amerika Serikat dan sebagian besar negara Barat mengakui Kosovo sebagai negara merdeka.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU