Pembicaraannya dengan Putin Disebut Seperti Bernegosiasi dengan Hitler, Macron pun Berang
Krisis rusia ukraina | 9 April 2022, 09:55 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron berang setelah usahanya berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin disebut bernegosiasi dengan Hitler.
Adalah Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawieski yang mengkritik usaha Macron tersebut.
Macron pun menyerang balik Morwiecki sebagai sosok “sayap kanan anti-semit yang melarang masyarakat LGBT”, Jumat (8/4/2022).
Sejak Rusia menyerang Ukraina, 24 Februari lalu, Macron secara teratur berbicara dengan Putin untuk deeskalasi ketegangan.
Baca Juga: Inggris Janjikan Ukraina Bantuan Militer Senilai 100 Juta Paun, Termasuk MANPADS dan Rudal Anti-Tank
Namun, Morawiecki melihat apa yang dilakukan Macron sebagai suatu kesia-siaan.
“Harus berapa kali Anda bernegosiasi dengan Putin, dan apa yang telah Anda capai,” katanya, Senin (4/4/2022) ujarnya dikutip dari Euronews.
“Apakah Anda akan bernegosiasi dengan (Adolf) Hitler, (Joseph) Stalin, dengan Pol Pot?” tambahnya.
Macron pun menegaskan komentar Morawiecki sudah memalukan, dan menyebutnya sebagai sosok yang anti-semit dan juga anti-LGBT.
“Sudah tugas saya untuk berbicara dengannya. Kami membutuhkan itu. Saya tak akan berhenti, itu yang mengizinkan kami bisa ambil bagian dari negosiasi,” ujarnya. dikutip dari BBC.
Baca Juga: Ikuti Langkah AS, Uni Eropa Jatuhkan Sanksi kepada Dua Anak Perempuan Vladimir Putin
“Dengan berbicara dengannya dan untuk Presiden (Ukraina, Volodymyr) Zelensky, kami bisa menolong negoasiasi. Pada satu titik, akan ada perdamaian dan gencatan senjata yang dibangun. Itu tak bisa dilakukan tanpa adanya garansi, dan Prancis berkomitmen menjadi yang menggaransinya,” tambah Macron.
Macron pun menuduh pernyataan Morawiecki adalah untuk membantu rivalnya di pemilihan Presiden Prancis, Marine Le Pen.
Juru Bicara Polandia, Piotr Muller pun membantah tuduhan Macron sebagai anti-semit.
Mueller mengatakan tuduhan Macron kali ini sudah sangat keterlaluan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC/Euronews