> >

Kisah Tragis Tentara Remaja Rusia yang Dikirim Perang ke Ukraina, Lahir dan Mati di Era Putin

Krisis rusia ukraina | 9 April 2022, 05:45 WIB
Igor Ivkin (19), salah satu tentara muda Rusia yang tewas dalam perang di Ukraina. Igor tewas dalam pertempuran sengit di luar Kharkiv, Ukraina. (Sumber: Istimewa via The Moscow Times)

David Arutyunyan juga bernasib sama. Pemuda asal Buryatia yang berbatasan dengan Mongolia itu masih 18 tahun saat terbunuh oleh artileri Ukraina. 

Baca Juga: Bela Ukraina, Jurnalis Rusia Peraih Nobel Perdamaian Diserang dan Disiram Cat Merah di Kereta

Beberapa tentara remaja dianugerahi medali. Arutyunyan menerima medali keberanian anumerta karena dilaporkan menyelamatkan rekannya sesaat sebelum ia tewas terbunuh. 

“Tentara Rusia yang tewas dalam perang akan selalu dibingkai sebagai tragis tetapi heroik,” ujar Alyyson Edwards, akademisi Inggris dengan spesialisasi pendidikan militerisme dan patriotik Rusia. 

Motivasi para tentara muda ini beragam, mulai dari kebutuhan ekonomi hingga patriotisme.

Yulia menyebut Igor suaminya dipaksa oleh rasa kewajiban.

Para wajib militer dilaporkan diterjunkan berulang kali ke wilayah yang kemudian menjadi bagian sejarah Rusia, kata Luzhin, termasuk di Chechnya di tahun 1990-an dan di Georgia pada 2008. 

Bulan lalu, para pejabat Rusia mengakui bahwa ada sejumlah personel wajib militer di Ukraina, tetapi kemudian meralatnya. 

Moral yang Runtuh

Dalam beberapa kasus, para wajib militer diterjunkan ke medan perang sebagai hasil perubahan rencana perang, menyusul perlawanan sengit Ukraina hingga rencana ‘operasi militer’ singkat Rusia pun gagal. 

Ada pula laporan yang mengungkap keruntuhan moral dan pemberontakan tentara Rusia. Pun, kesulitan logistik. 

Baca Juga: 60 Prajurit Terjun Payung Rusia Tolak Berperang di Ukraina, Putin Murka

Yulia mengiyakan hal itu. Ia menyebut, suaminya tak punya cukup makanan. Ia juga jadi saksi ketidakmampuan militer Rusia sebelum meninggal.

“Dia frustrasi karena kekacauan dalam militer, sangat kurangnya disiplin, dan fakta bahwa kerja mereka hanya mengacau saja,” ujarnya.

Beberapa pekan sebelum invasi Rusia dimulai, Igor sempat pulang dari tempat tugasnya di Kursk, dekat perbatasan Ukraina, demi melihat putrinya yang baru lahir.

Namun, empat hari kemudian, ia menerima panggilan harus kembali ke unitnya segera.

“Bayi perempuan kami baru berusia dua minggu,” kisah Yulia mengenang kunjungan terakhir suaminya.

“Bagaimanapun, saya senang dia punya kesempatan melihat dan menggendong putrinya,” pungkasnya. 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : The Moscow Times


TERBARU