> >

Meski Bahan Pokok Langka, Warga Palestina dan Timur Tengah Jalani Ramadan Penuh Sukacita

Kompas dunia | 8 April 2022, 20:38 WIB
Seorang perempuan Palestina menggantung lampu hias dalam persiapan menyambut bulan suci Ramadan, di sebuah toko di Kota Tua Yerusalem, Senin, 12 April 2021. (Sumber: AP Photo/Mahmoud Illean)

Serangan itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah aturan baru akan dibatalkan. Tetapi, pemerintah koalisi baru Israel berusaha untuk menghindari terulangnya kekerasan tahun lalu dengan serangkaian insentif.

Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan dia akan mempertimbangkan pelonggaran pembatasan lebih lanjut minggu depan jika keadaan tetap tenang.

Israel merebut Yerusalem timur, bersama dengan tempat-tempat sucinya bagi tiga agama monoteistik, dalam perang Timur Tengah tahun 1967. Israel kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional.

Baca Juga: FAO Peringatkan Konflik Ukraina Bisa Bikin Kerawanan Pangan Global, karena Harga Gandum Melonjak

Warga Palestina menerima sup gandum panas dan bubur sebelum mereka berbuka puasa saat matahari terbenam selama bulan suci Ramadhan di lingkungan Shijaiyah di Kota Gaza, Rabu, 6 April 2022. (Sumber: AP Photo/Adel Hana)

Palestina bercita-cita Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan yang akan mencakup Tepi Barat dan Jalur Gaza. Israel menganggap kota itu sebagai ibu kota bersatu

Tidak hanya di Yerusalem, Gaza hingga Lebanon juga ramai dengan festival lentera.

Namun, Ramadan tahun ini di hampir seluruh Timur Tengah diwarnai melonjaknya harga bahan pangan akibat anjloknya suplai gandum dari Ukraina dan Rusia.

Pemerintah Irak pada hari Rabu mengumumkan langkah-langkah baru untuk mengatasi kenaikan harga pangan sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina. Langkah-langkah itu antara lain berupa penghapusan tarif bea masuk atas impor bahan makanan, bahan bangunan, dan obat-obatan.

Bulan suci Ramadan menyoroti frustrasi Irak yang meluas atas lonjakan harga pangan, yang diperparah pada bulan Februari oleh serangan Rusia ke Ukraina.

Baca Juga: Momen Ramadan, Zelensky Puji Kesetiaan Muslim Ukraina

Anak-anak perempuan Lebanon memegang lentera tradisional, selama karnaval merayakan bulan suci Ramadhan, di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Kamis, 31 Maret 2022. (Sumber: AP Photo/Mohammed Zaatari)

Di bulan Ramadan, adalah tradisi orang-orang berkumpul sambil makan dan mengadakan pertemuan besar serta perayaan keluarga.

Tetapi, harga yang meroket mempengaruhi orang-orang yang hidupnya telah dijungkirbalikkan oleh konflik, pengungsian, dan kemiskinan di Palestina, Lebanon, Irak, dan Suriah hingga Sudan dan Yaman.

Selama tiga dekade terakhir, Irak mengelola sistem distribusi publik makanan penting dan barang-barang pembersih dengan harga simbolis.

Di antara langkah-langkah baru yang diumumkan pada hari Rabu untuk mengatasi kenaikan harga pangan, pemerintah mengatakan akan menggandakan jatah makanan di bulan Ramadan.

Baca Juga: Kaum Ibu Israel dan Palestina Berkumpul di Pantai Laut Mati Gaungkan Perdamaian

Seorang perempuan dan putrinya berbelanja lentera tradisional untuk bulan suci Ramadan, di pasar tradisional al-Zawya di Kota Gaza, Kamis, 31 Maret 2022. (Sumber: AP Photo/Adel Hana)

Ukraina dan Rusia menyumbang sepertiga dari ekspor gandum dan jelai global, yang diandalkan negara-negara Timur Tengah untuk memberi makan jutaan orang yang hidup dari roti bersubsidi dan mi murah.

Mereka juga pengekspor utama biji-bijian lain dan minyak biji bunga matahari yang digunakan untuk memasak di hampir seluruh wilayah Timur Tengah.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU