Setelah Rusia, AS Ancam Sanksi China jika Menyerang Taiwan
Kompas dunia | 8 April 2022, 15:32 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Setelah Rusia, Amerika Serikat (AS) mulai menjadikan China sebagai calon penerima sanksinya.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menegaskan Pemerintahan Joe Biden telah menyiapkan sanksi untuk China jika menyerang Taiwan.
Yellen mengungkapkannya saat tengah bersaksi pada Komite Layanan Finansial DPR AS, Rabu (6/4/2022).
“Saya percaya kami telah menunjukkan bahwa kami mampu memberikan luka yang signifikan kepada negara yang agresif,” ujar Yellen dikutip dari Bloomberg.
Baca Juga: Bela Ukraina, Jurnalis Rusia Peraih Nobel Perdamaian Diserang dan Disiram Cat Merah di Kereta
Ia pun menegaskan bahwa pemberian sanksi terhadap Rusia karena melakukan penyerangan ke Ukraina, telah menjadi buktinya.
“Saya pikir Anda tak seharusnya ragu dengan kemampuan kami dan memutuskan melakukan hal yang sama dalam situasi lain,” katanya.
Pernyataan Yellen itu merupakan respons dari pertanyaan yang diajukan oleh perwakilan Republikan, Patrick McHenry dari Carolina Utara.
McHenry bertanya apakah Kementerian Keuangan akan memberlakukan sanksi yang sama kepada China jika menyerang Taiwan, seperti kepada Rusia ketika menyerang Ukraina.
Serangan Rusia terhadap Ukraina telah merusak kepercayaan bahwa kekuatan dunia akan mampu mencegah krisis serupa meletus di Taiwan.
Taiwan saat ini memang tengah berada di bayang-bayang penyerangan China, mengingat Presiden China Xi Jinping ingin agar negara itu bisa reunifikasi.
China hingga sekarang masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari negaranya.
Baca Juga: Media China Sebut Pembunuhan Warga Sipil di Bucha sebagai Pertunjukan yang Dilakukan Ukraina
Namun, Taiwan menegaskan bahwa mereka merupakan negara berdaulat yang merdeka.
China sendiri saat ini tengah memiliki hubungan yang baik dengan Rusia.
China menolak mengutuk Rusia atas penyerangan mereka ke Ukraina.
Bahkan mereka cenderung memihak negara Vladimir Putin itu meski selalu berusaha bersikap netral.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Bloomberg