Departemen Keuangan AS Larang Rusia Bayar Utang dalam Dolar AS, Ini Tujuannya
Krisis rusia ukraina | 6 April 2022, 20:02 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV — Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mencegah pemerintah Rusia melakukan pembayaran utang di bank-bank AS menggunakan dolar AS, Rabu (6/4/2022).
Tujuannya, membatasi salah satu strategi yang digunakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencegah default atau gagal bayar utang.
Hal itu diungkapkan seorang pejabat Departemen Keuangan AS, Selasa (5/4) seperti dilaporkan Associated Press, Rabu (6/4). Sang pejabat berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk memberi keterangan kepada pers.
Rusia menghadapi beberapa tenggat waktu pada bulan April untuk melakukan pembayaran utang. Kremlin sekarang harus memilih antara menguras sisa cadangan dolarnya yang berharga, menggunakan pendapatan baru yang masuk, atau default, kata pejabat itu.
Keputusan Departemen Keuangan AS itu muncul setelah badan tersebut sebelumnya mengatakan, sanksi terhadap Rusia masih mengizinkan Moskow untuk terus melakukan pembayaran utang.
Utang tersebut antara lain berasal dari investor asing dan dari investasi pemerintah Rusia untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Rusia.
Rusia saat ini menghadapi inflasi yang meroket, kekurangan barang-barang penting, dan perdagangan yang terganggu dengan seluruh dunia karena melanjutkan serangan ke Ukraina.
Sementara itu, rubel bangkit kembali dari penurunan akibat serangan AS dan sekutu Eropa yang bertujuan mengubur ekonomi Rusia. Putin menggunakan langkah-langkah keuangan ekstrem untuk menumpulkan hukuman Barat dan memulihkan nilai tukar mata uang rubel.
Baca Juga: Uni Eropa Siapkan Sanksi Baru Berupa Larangan Impor Batu Bara Rusia
Sanksi Barat menghasilkan pembatasan ketat pada bank dan transaksi keuangan mereka dengan Rusia. Pun, membekukan sebagian besar cadangan mata uang asing Rusia di luar negeri.
Barat memotong bank-bank penting Rusia dari sistem informasi keuangan yang dikenal sebagai SWIFT. Sistem ini digunakan setiap hari untuk menyalurkan miliaran dolar di antara lebih dari 11.000 bank dan lembaga keuangan lainnya di seluruh dunia.
Sanksi sejauh ini diterapkan kepada kepemimpinan Rusia, kelompok oligarki, perdagangan dan sumber daya alam, dan bank sentral negara itu.
AS, Uni Eropa, dan Inggris membatasi kemampuan bank sentral Rusia untuk menarik lebih dari 600 miliar dolar AS cadangan mata uang asing dan membekukan cadangan emas Rusia.
Itu membuat bank sentral hanya memiliki sedikit alat untuk menopang nilai rubel dan mencegahnya runtuh.
Keputusan untuk membatasi pembayaran obligasi akan semakin menguras sumber daya yang digunakan Putin untuk melanjutkan serangannya ke Ukraina dan menyebabkan lebih banyak ketidakpastian dan tantangan bagi sistem keuangan Rusia, kata pejabat Departemen Keuangan AS.
Baca Juga: Inflasi di Eropa Meroket ke Rekor 7,5 Persen Dipicu Tingginya Kebutuhan dan Sanksi atas Energi Rusia
Darshak Dholakia, seorang pengacara peraturan perdagangan dan pemerintah di Washington, mengatakan sekarang Departemen Keuangan telah membatasi akses ke dana ini, "sepertinya kalkulus telah berubah."
Dia mengatakan AS sedang menemukan cara untuk memastikan Rusia memiliki lebih sedikit uang untuk membeli senjata dengan mengurangi aksesnya ke dana untuk membayar kewajiban obligasinya.
"AS belum melakukan tindakan pemblokiran penuh pada bank sentral," katanya. “Mereka mengatakan Rusia tidak dapat menyentuh dana itu kecuali untuk tujuan yang sah.”
Begitu suatu negara gagal bayar, negara itu dapat terputus dari pinjaman pasar obligasi sampai default diselesaikan dan investor mendapatkan kembali kepercayaan pada kemampuan dan kemauan pemerintah negara tersebut untuk membayar. Selain itu, pemegang obligasi dapat mengalami kerugian serius dan dapat menuntut.
Pemerintah Rusia masih dapat meminjam rubel di dalam negeri, di mana sebagian besar bergantung pada bank-bank Rusia untuk membeli obligasinya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press