> >

Krisis Ekonomi Sri Lanka Memburuk, Presiden Dituding Tak Mampu dan Sombong

Kompas dunia | 5 April 2022, 14:41 WIB
Warga Sri Lanka berkumpul di SPBU untuk membeli solar sebelum jam malam dimulai di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu, 2 April 2022. Sri Lanka memberlakukan jam malam di seluruh negeri mulai Sabtu malam hingga Senin pagi, selain keadaan darurat yang diumumkan oleh presiden, dalam upaya untuk mencegah lebih banyak kerusuhan (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Rasa frustrasi yang memuncak membuat warga Kolombo, ibu kota Sri Lanka, mendatangi kediaman Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, Kamis (31/3/2022).

Mereka memprotes harga-harga yang terus melambung tinggi dan belum ada tanda-tanda bisa ditangani. Bahkan, krisis ekonomi ini telah berbuntut pada aksi kekerasan. 

Kini, dilaporkan oleh Indiaexpress Selasa (5/4/2022), warga yang tak sabar karena kekurangan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik padam lebih dari 10 jam sampai harus bentrok dengan kepolisian.

Antrian warga yang akan membeli gas untuk keperluan memasak menjadi pemandangan sehari-hari. Upul, salah seorang warga yang ikut antri menyebutkan bahwa ibu kota tampak gelap karena tak ada  penerangan. "Masyarakat marah dan mengumpat," kata Upul yang tidak ingin disebutkan nama lengkapnya karena khawatir di- bully.

Baca Juga: Sri Lanka Berlakukan Jam Malam di Seluruh Negeri Usai Umumkan Keadaan Darurat Nasional


Sri Lanka tengah didera krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir. Selama berbulan-bulan, negara kepulauan di Samudra Hindia itu mengalami pemadaman listrik bergilir di seluruh negeri, termasuk di ibu kota Kolombo.

Krisis yang terjadi saat ini, disebut Jayadeva Uyangoda, ilmuwan politik Sri Lanka, merupakan puncak. Karena sudah berlangsung lama. "Ini adalah puncak (krisis), hasil akumulasi dari apa yang sudah dibangun selama beberapa dekade dan seperti biasa tidak ada yang bertanggung jawab untuk itu," komentar Jayadeva Uyangoda, ilmuwan politik kepada BBC.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Dua Orang Meninggal saat Antre Minyak Tanah

Jayadeva menambahkan, rezim Rajapaksa saat ini secara langsung bertanggung jawab atas krisis lantaran ketidakmampuan, kesombongan, dan korupsi sejak ia berkuasa pada 2019. 

Sementara itu, sebanyak 26 menteri Sri Lanka menyerahkan surat pengunduran diri dari jabatannya. Mundurnya ke-26 menteri tersebut menyisakan Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa di kursi kabinet.


 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU