Ukraina Tuding Rusia Tanam Ranjau pada Tubuh Mayat dan Bangunan saat Tarik Mundur Pasukannya
Krisis rusia ukraina | 3 April 2022, 15:18 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuding tentara Rusia memasang ranjau pada mayat, saat mereka mundur dari wilayah Ukraina Utara.
Menurut Zelenskiy, tentara Rusia memasang ranjau di semua wilayah, mulai dari bangunan hingga mayat.
"Mereka memasang ranjau di semua wilayah ini. Rumah dipasang ranjau, peralatan dipasang ranjau, bahkan mayat orang mati," ucapnya, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (3/4/2022).
Ukraina menyebut pasukannya telah merebut kembali kendali lebih dari 30 kota dan desa di wilayah Kiev.
Hal itu sejak Rusia mengumumkan akan mengurangi operasinya di sekitar ibu kota dan di wilayah utara Chernihiv yang bertetangga untuk fokus pada pertempuran di timur.
Baca Juga: Rusia Revisi Strategi di Ukraina, Putin Targetkan Kuasai Donbas dan Ukraina Timur di Awal MeI
"Di bagian utara negara kita, para penyerbu pergi. Lambat tapi terlihat. Di beberapa tempat mereka diusir dengan pertempuran. Di tempat lain mereka sendiri meninggalkan posisinya," kata Zelenskiy dalam pidato video yang dirilis pada Sabtu (2/4/2022), tanpa mengungkap bukti.
Senada dengan Zelensiy, Gubernur Chernihiv Viacheslav Chaus, pada Sabtu, juga menuduh pasukan Rusia menanam ranjau ketika mereka mundur dari posisi di sekitar ibu kota regional.
"Ranjau yang dipasang itu banyak. Alat peledak itu berserakan," katanya di televisi nasional.
Belum ada komentar atau klarifikasi dari Kementerian pertahanan Rusia atas tuduhan tersebut.
Pada Sabtu, Layanan Darurat Ukraina mengatakan kepada orang-orang di zona yang baru dibebaskan di wilayah Kiev untuk waspada.
Baca Juga: Tak Takut Ancaman Putin, Lithuania Hentikan Impor Gas dari Rusia
Menurut mereka, ada lebih dari 1.500 bahan peledak telah ditemukan dalam satu hari selama pencarian di desa Dmytrivka, sebelah barat ibu kota.
Zelenskiy mengatakan upaya sedang berlangsung untuk membersihkan ranjau dan mengamankan daerah tersebut.
Ia menyarankan penduduk yang telah melarikan diri untuk menjauh untuk saat ini.
"Masih tidak mungkin untuk kembali ke kehidupan normal seperti sediakala," ungkap dia.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas.com