Penjualan Minyak Surut Akibat Sanksi AS dan Eropa, Rusia Tawarkan Diskon ke India
Krisis rusia ukraina | 1 April 2022, 06:50 WIBMasih belum jelas berapa batas atas pembelian minyak itu. Tetapi, India diperkirakan tidak terlalu berminat pada nilai yang ditawarkan Rusia.
Baca Juga: Uni Eropa Ragu Embargo Minyak Rusia, Harga Minyak Turun Lagi
Kontrak itu mencantumkan klausul bawaan yang menyebut bahwa Indian Oil Corp hanya akan membeli minyak Rusia jika nilainya ekonomis, kata sumber itu. Diskon yang ditawarkan Rusia bisa membuat perdagangan minyak itu menjadi layak, bahkan dengan ongkos pengiriman yang lebih tinggi.
Perwakilan Indian Oil Corp belum memberi komentar atas isu ini. Kementerian Perminyakan India juga menolak berkomentar.
Kedua belah pihak kini disebut tengah menjajaki rute pengiriman minyak melalui Pelabuhan Vladivostok Rusia di timur jauh. Ini untuk menghindari rintangan pengiriman dari Laut Baltik di bagian barat negara itu. Dari sana, pengiriman minyak dapat mencapai kilang pantai timur India dalam waktu kurang dari 20 hari.
Melansir laman Russia Briefing, India dan Rusia dilaporkan melakukan kerja sama jalur maritim pada Februari 2021. Jalur antara Vladivostok di timur jauh Rusia dan Chennai di India timur ini memungkinkan pengiriman kargo berlangsung pada kisaran 24 hari. Jika melintasi Eropa, waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama, mencapai 40 hari.
India juga dilaporkan tengah mendorong ekspor obat-obatan, barang-barang teknik dan kimia ke Rusia demi menekan kesenjangan perdagangan akibat pembelian minyak dan senjata Rusia.
Sejak perang dimulai, minyak mentah Rusia dari pegunungan Ural telah diperdagangkan dengan potongan harga.
Baca Juga: Putin: 'Negara-Negara Tak Bersahabat' Bisa Beli Gas Alam Rusia Pakai Rubel dengan Akun Khusus
China sendiri membeli minyak dengan kadar berbeda dari Rusia.
Meski AS dan sekutunya berupaya mengisolasi dan menghukum Moskow atas invasi Rusia ke Ukraina, India dilaporkan mengeluarkan sikap yang lebih lunak. India tidak mengecam serangan Moskow secara langsung, bahkan di tengah tekanan internasional.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Bloomberg