Koalisi Saudi Umumkan Gencatan Senjata di Yaman selama Ramadan, tapi Ditolak Kelompok Houthi
Kompas dunia | 30 Maret 2022, 19:07 WIBSANAA, KOMPAS.TV – Koalisi Saudi yang memerangi kelompok Houthi di Yaman mengumumkan gencatan senjata selama bulan Ramadan, Selasa (29/3/2022) malam. Namun, gencatan senjata yang dimulai pada Rabu (30/3) itu ditolak kelompok pemberontak Houthi.
Beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata dilakukan, perwakilan resmi kelompok Houthi, Mohammed al-Bukaiti langsung menolak tawaran itu.
Melansir Associated Press, penolakan itu terkait dengan penutupan bandara Sanaa dan pembatasan pelabuhan negara yang terus berlanjut oleh koalisi Saudi.
“Jika blokade tidak dicabut, deklarasi koalisi agresi untuk menghentikan operasi militernya tidak akan ada artinya karena penderitaan warga Yaman akibat blokade lebih parah ketimbang perang itu sendiri,” tulis al-Bukaiti di Twitter pada Rabu (30/3).
Baca Juga: Arab Saudi Hantam Sasaran Houthi di Yaman, Balasan atas Serangan ke Depot Minyak Jeddah
Gencatan senjata sepihak jelang bulan suci Ramadan itu langsung diragukan banyak pihak. Pasalnya, kelompok pemberontak yang didukung Iran itu tak hadir dalam pertemuan membahas perang Yaman di Arab Saudi. Kelompok Houthi beralasan, pertemuan yang digagas oleh Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang berbasis di Saudi itu digelar di teritori musuh.
PBB dan sejumlah pihak telah berupaya mendesakkan gencatan senjata jelang Ramadan. Bulan suci umat Islam itu akan dimulai pada pekan ini.
Pertemuan GCC sendiri digelar di Riyadh, Arab Saudi sejak Selasa (29/3) dan akan berlanjut hingga 7 April mendatang. GCC sendiri terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Baca Juga: Pemberontak Houthi Yaman Bombardir Fasilitas Aramco Arab Saudi, Produksi Kilang Minyak Terhambat
Perang Yaman dimulai pada September 2014, saat kelompok Houthi merangsek ibu kota Sanaa dari benteng mereka di negara termiskin Arab itu. Kelompok Houthi lalu melengserkan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang terpaksa melarikan diri ke pengasingan di luar negeri. Mansour Hadi terpilih pada 2012 sebagai satu-satunya kandidat setelah Ali Abdullah Saleh lama memerintah.
Pasukan koalisi, termasuk UEA, yang dipimpin Arab Saudi, kemudian mengintervensi Perang Yaman pada Maret 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintahan Hadi ke tampuk kekuasaan.
Namun, perang ternyata berlangsung berlarut-larut hingga tahunan, hingga rakyat Yaman kelaparan.
Baca Juga: F1 Grand Prix Arab Saudi tetap Dilanjutkan Meski Bayangan Serangan Rudal Mengancam
Lebih dari 150.000 orang tewas dalam perang, termasuk 14.500 warga sipil.
Serangan udara Saudi telah menewaskan ratusan warga sipil. Kelompok Houthi sendiri kerap menggunakan tentara anak-anak dan tanpa pandang bulu menyebar ranjau darat di seantero negeri.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press