Zelensky Siap Bicarakan Status Netral Ukraina Demi Perjanjian Damai dengan Rusia, tapi Ada Syaratnya
Krisis rusia ukraina | 28 Maret 2022, 06:01 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku siap membicarakan mengenai adopsi status netral negaranya.
Ia melakukannya demi menjalin perjanjian damai dengan Rusia.
Meski begitu, Zelensy menegaskan ada syarat yang harus terpenuhi, yaitu mendapat garansi dari pihak ketiga dan dimasukkan dalam referendum.
Hal itu diungkapkan Zelensky saat berbicara dengan wartawan Rusia dalam panggilan video selama 90 menit.
Baca Juga: Erdogan Tuan Rumah Perundingan Lanjutan Rusia dan Ukraina pada 29-30 Maret, Istanbul Jadi Lokasinya
Wawancara itu sendiri telah diperingatkan oleh pihak berwenang Rusia, agar media Rusia menahan diri dari melaporkannya.
Zelensky juga mengatakan penyerangan Rusia telah menyebabkan kerusakan di kota yang menggunakan bahasa Rusia di Ukraina.
Ia juga mengatakan kerusakan di sana lebih buruk dibandingkan perang Rusia di Chechnya.
“Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir di negara kami, kami siap untuk itu. Itu adalah poin yang paling penting,” tutur Zelensky dikutip dari RTE.
“Poin dari negosiasi ini bisa kami mengerti dan tengah dibicarakan. Ini sedang dipelajari dengan hati-hati,” katanya.
Zelensky mengungkapkan Ukraina sedang membicarakan tentang penggunaan bahasa Rusia dalam pembicaraan Ukraina dengan Rusia.
Tetapi menolak membicarakan keinginan Rusia lainnya, seperti demiliterisasi Ukraina.
Baca Juga: Zelensky Tuduh Barat Terlalu Takut Rusia: Jangan Ping-Pong soal Bantuan Jet dan Tank!
Kremlin pada awal bulan ini mengatakan Swedia dan Austria telah menawarkan model netralitas yang bisa diadopsi Ukraina demi mengakhiri penyerangan Rusia.
Tetapi Ukraina menolak tawaran tersebut, dan menegaskan hanya Kiev yang bisa mendesain sistem yang bisa diterima rakyat Ukraina.
Perundingan untuk mengakhiri penyerangan ke Ukraina yang telah terjadi, terfokus pada Ukraina yang harus menghindari NATO, pelucutan senjata dan jaminan keamanan.
Kedua pihak dijadwalkan bakal kembali melakukan perundingan damai pada Selasa (29/3/2022), dan Rabu (30/3/2022) di Turki.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : RTE