> >

Putin Disebut Sangat Kecewa atas Performa Militernya karena Belum Juga Berhasil Rebut Kiev

Krisis rusia ukraina | 25 Maret 2022, 15:42 WIB
Seorang tentara Ukraina tampak memeriksa sebuah kendaraan pengangkut personel militer lapis baja Rusia di Kharkiv, Ukraina, Kamis (24/3/2022). Tulisan yang tertoreh di kendaraan yang dibuat oleh tentara Ukraina berarti "Tidak untuk Perang". (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky, File)

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Presiden Rusia Vladimir Putin disebut sangat kecewa atas performa militernya. Perang sudah memasuki bulan kedua, namun pergerakan pasukan darat Rusia terbilang stagnan. Ibu kota Kiev yang lama diincar untuk direbut, belum juga jatuh ke tangan Rusia.

Pergerakan militer Rusia ini, disebut sangat mengecewakan Putin.

“Di Ukraina, kita lihat para wajib militer (Rusia) tak tahu mengapa mereka ada di sana, tak terlatih dengan baik, dan ada masalah besar dengan rantai komando dan kontrol, dan taktik yang sangat buruk,” ujar Robert Gates, mantan Direktur CIA dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS).

Melansir Associated Press, Jumat (25/3/2022), tren medan perang Ukraina memang sulit untuk dilihat dengan presisi dari luar. Namun, sejumlah pejabat Barat menyebut, mereka melihat potensi perubahan yang signifikan.

Baca Juga: Zelensky Klaim Ukraina Semakin Dekati Kemenangan: Jika Rusia Tahu, Mereka akan Takut ke Sini

Intelijen Inggris menilai bahwa pasukan Ukraina kemungkinan telah merebut kembali dua kota di sebelah barat Kiev.

“Ada kemungkinan bahwa serangan balik yang berhasil oleh Ukraina akan mengganggu kemampuan pasukan Rusia untuk mengatur ulang dan melanjutkan serangan mereka sendiri terhadap Kiev,” tutur Wakil Marsekal Udara Mick Smeath, atase pertahanan Inggris di Washington, Rabu (23/3).

Berhadapan dengan perlawanan kuat Ukraina, tentara Rusia terpaksa membombardir kawasan perkotaan Ukraina. Namun, militer Rusia dilaporkan hanya membuat sedikit kemajuan demi memenangkan hadiah utama perang: Kiev. 

Ilustrasi. Seorang petugas Ukraina memfoto gereja yang rusak akibat artileri Rusia di Mariupol, 10 Maret 2022. (Sumber: Evgeniy Maloletka/Associated Press)

Pentagon menyebut, alih-alih maju menyerang ibu kota, pasukan Rusia justru memilih posisi bertahan di luar Kiev. Dan beberapa unit dari mereka, kemudian kalah.

Baca Juga: Jepang Jatuhkan Sanksi Tambahan kepada Rusia, Bekukan Aset 25 Warga Rusia

Tak berapa lama usai Putin memulai perangnya pada 24 Februari, beberapa pejabat militer AS meyakini, ia bisa merebut Kiev dengan cepat, mungkin dalam hitungan hari, dan memecah kekuatan militer Ukraina dalam hitungan minggu. 

Putin juga disebut mengharapkan kemenangan kilat, mengingat pada hari-hari awal perang, ia tidak mengerahkan seluruh pasukannya yang diperkirakan berjumlah lebih dari 150.000 personel. Ia juga tidak menurunkan pertahanan udara secara tegas. Putin hanya menggunakan perang elektronik dan serangan siber terbatas.

Putin menggunakan taktik pengepungan terhadap kota-kota utama Ukraina, pengeboman dari jauh. Sementara, pasukan daratnya sebagian besar stagnan.

Pergerakan Putin tampaknya didasari pada harapan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan menyerah ketimbang membiarkan pembunuhan dan penghancuran berlanjut. 

“Rencana ini tampaknya tidak akan berhasil. Membunuhi warga sipil tak berdosa dan menghancurkan rumah mereka dan komunitas malah justru akan memperkuat perlawanan dan tekad Ukraina,” kata Stephen Biddle, seorang profesor Hubungan Internasional di Universitas Columbia.

Baca Juga: Zelensky Beri Pesan Menohok, Sebut Pemimpin Barat Terlambat Beri Sanksi ke Rusia

Ukraina juga disebut mungkin tidak akan memenangkan perang secara langsung. Tetapi, hasilnya akan ditentukan oleh apa yang bersedia diterima Zelensky dalam negosiasi penyelesaian.

“Saya pikir sangat tidak mungkin Rusia akan dikalahkan secara rinci di medan perang,” kata Philip Breedlove, seorang pensiunan jenderal AU AS yang kini menjadi seorang spesialis Eropa di Middle East Institute. 

Menurut Breedlove, ini lantaran Rusia punya sumber daya pasukan yang bisa digerakkan sewaktu-waktu.

Namun, Ukraina disebut juga bisa menang dengan memaksa Rusia membayar harga yang tinggi sehingga bersedia bersepakat dan mundur.

“Menurut saya, kemungkinan itu ada,” ujar Breedlove.
 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU