> >

Biden Sebut Xi Jinping Mengerti Konsekuensi Jika China Bantu Rusia di Ukraina

Krisis rusia ukraina | 25 Maret 2022, 09:23 WIB
Presiden AS Joe Biden hadir dalam pertemuan Uni Eropa di Brussels, Kamis (24/3/2022). Biden tegaskan Presiden China Xi Jinping sadar konsekuensi yang mereka dapat jika membantu Rusia ke Ukraina. (Sumber: AP Photo/Evan Vucci)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan Presiden China Xi Jinping mengerti konsekuensi jika memutuskan membantu Rusia di Ukraina.

Biden pada pekan lalu memang telah menghubungi Xi Jinping untuk memperingatkan agar China tak memberi bantuan pada Rusia yang tengah menyerang Ukraina.

Intelijen AS sempat mengatakan bahwa Rusia meminta bantuan China untuk memperkuat militer di Ukraina.

Kabar pemberian bantuan itu pun langsung dibantah oleh China.

Baca Juga: Biden: AS Akan Terima Hingga 100.000 Pengungsi Ukraina

Biden mengatakan Xi Jinping mengerti ekonomi China bergantung pada Barat, bukan Rusia.

“Saya tak mengancam, tetapi menunjuk kepada sejumlah perusahaan Amerika dan asing yang meninggalkan Rusia sebagai konsekuensi perilaku barbar mereka,” tutur Biden di sela-sela pertemuan Uni Eropa (UE) di Brussels, Kamis (25/3/2022) dikutip dari Al-Jazeera.

Biden mengaku telah memberitahu Xi bahwa ia akan berada dalam bahaya yang signifikan jika memberi bantuan ke Rusia.

Hal itu terkait dalam upaya China untuk memperkuat ekonomi dengan AS dan Eropa.

China sendiri selalu mengambil langkah netral sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu.

China menolak untuk mengutuk Rusia, dengan memutuskan abstain dalam voting di PBB.

China juga cenderung membela sejawatnya itu dalam penyerangan Ukraina.

Baca Juga: Rusia Berlakukan Jalur Evakuasi Aman Bagi Kapal Internasional yang Terjebak di Pelabuhan Ukraina

Meski begitu, China selalu menegaskan pentingnya perundingan damai agar perang di Ukraina bisa terhenti.

China sendiri mendukung draft resolusi Rusia di Dewan Keamanan PBB, Rabu (23/3/2022), tentang akses kemanusiaan ke Ukraina.

Namun, dfat tersebut ditolak oleh negara-negara Barat karena tidak menyalahkan krisis tersebut.

Proposal itu gagal, dengan hanya Beijing dan Moskow yang memberikan suara mendukungnya, sementara 13 anggota Dewan Keamanan PBB lainnya abstain.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Al-Jazeera


TERBARU