Putin Wajibkan Ekspor Gas Rusia dengan Mata Uang Rubel, Harga Gas Eropa Langsung Melonjak 21 Persen
Krisis rusia ukraina | 23 Maret 2022, 21:14 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin hari Rabu, (23/3/2022) menyatakan segera memberlakukan pembayaran dengan mata uang Rubel untuk pembelian gas alam Rusia oleh negara-negara yang tidak bersahabat dengan Rusia, namun memastikan negaranya akan memenuhi komitmen pasokan dan harga yang ditetapkan dalam kontrak sebelumnya, seperti dilaporkan RIA Novosti, Rabu, (23/3/2022)
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan agar kontrak Gazprom diubah menjadi rubel untuk negara-negara yang tidak bersahabat.
“Saya ingin menekankan secara terpisah bahwa Rusia pasti akan terus memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga, prinsip penetapan harga yang ditetapkan dalam kontrak yang disepakati sebelumnya. Tidak seperti beberapa rekan, kami menghargai reputasi bisnis kami sebagai mitra dan pemasok yang dapat diandalkan, " kata Putin.
Putin kemudian memerintahkan Bank Sentral Rusia dan Kabinet Menteri untuk menentukan prosedur transaksi dengan Eropa dalam mata uang Rubel dalam waktu satu minggu.
Baca Juga: Uni Eropa Ragu Embargo Minyak Rusia, Harga Minyak Turun Lagi
Patokan harga gas Eropa sempat melonak 21 persen menjadi 119 euro per megawatt/jam, tertinggi dalam seminggu di ICE Endex in Amsterdam setelah Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mulai menuntut pembayaran dalam mata uang rubel dari negara pembeli yang “tidak ramah” kepda Rusia, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (23/3/2022)
Rusia sebelumnya menyebut AS, Inggris, dan anggota Uni Eropa sebagai negara yang tidak bersahabat.
Berita itu muncul tepat ketika Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya hari Kamis, (24/3/2022) diperkirakan akan mengumumkan sanksi baru kepada Rusia yang bertujuan untuk "meningkatkan keamanan energi Eropa dan mengurangi ketergantungan Eropa pada gas Rusia". Namun, Putin mengatakan Rusia akan terus mengirimkan pasokan.
Uni Eropa dan AS sedang mengerjakan kesepakatan yang bertujuan untuk memastikan pasokan gas alam cair dan hidrogen Amerika ke negara-negara anggota UE saat blok tersebut berupaya mengakhiri ketergantungannya pada energi Rusia.
Sementara itu, Kanselir jerman Olaf Scholz hari Rabu, (23/3/2022) di depan parlemen Jerman Bundestag mengatakan, Eropa akan mengakhiri ketergantungan energinya pada Rusia tetapi melakukannya dalam satu malam akan menjerumuskan Eropa ke dalam resesi, mempertaruhkan ratusan ribu pekerjaan dan seluruh sektor industri, seperti dilaporkan Straits Times, Rabu, (23/3/2022)
"Ya, kami akan mengakhiri ketergantungan ini sesegera mungkin. Tetapi melakukan ini dalam satu hari berarti menjerumuskan negara kita dan seluruh Eropa ke dalam resesi," kata Scholz kepada majelis rendah parlemen Bundestag hari Rabu, (23/3/2022),
Scholz di depan Bundestag menekankan, "Ratusan ribu pekerjaan akan terancam. Seluruh cabang industri akan berada di tubir jurang," kata Scholz. "Sanksi seharusnya tidak menyakiti negara-negara Eropa lebih keras daripada menyakiti kepemimpinan Rusia."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/RIA Novosti/Bloomberg