> >

Rusia Panggil Duta Besar AS, Ingatkan Hubungan Moscow dan Washington di Ambang Perpecahan

Krisis rusia ukraina | 22 Maret 2022, 04:45 WIB
Ilustrasi. Presiden AS Joe Biden saat diwawancarai wartawan di Gedung Putih, Washington, Rabu (16/3/2022). Dalam kesempatan itu, Biden menyebut Vladimir Putin sebagai penjahat perang. Pada Senin (21/3/2022), Rusia memanggil Duta Besar AS untuk menyampaikan protes resmi tentang pernyataan Biden tersebut. (Sumber: Patrick Semansky/Associated Press)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Pemerintah Rusia dilaporkan memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John J. Sullivan sebagai bentuk protes resmi. Rusia mengingatkan AS bahwa hubungan Moskow-Washington “di ambang perpecahan.”

Protes ini menyusul pernyataan-pernyataan Presiden AS Joe Biden tentang Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebelumnya, Biden menyebut Putin “penjahat perang” karena aksi militer Rusia di Ukraina.

Pernyataan itu diamini oleh jajaran pejabat Biden, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken.

"Secara pribadi saya setuju. Sengaja menargetkan warga sipil adalah kejahatan perang. Setelah semua kehancuran tiga pekan belakangan, saya merasa sulit untuk menyimpulkan bahwa Rusia bertindak sebaliknya," kata Blinken kepada CNBC.

Pada Senin (21/3/2022), Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pernyataan bahwa substansi protes seputar “pernyataan-pernyataan terkini yang tidak bisa diterima” yang dilontarkan Biden tentang Putin.

Baca Juga: Ingin Kurangi Ketergantungan Energi Rusia, Jerman Jalin Kemitraan dengan Qatar

“Ditekankan bahwa kata-kata seperti yang dilontarkan Presiden Amerika, yang mana tak pantas diucapkan tokoh negara dengan jabatan setinggi itu, menaruh hubungan Amerika-Rusia di ambang perpecahan,” tulis pernyataan Rusia usai memanggil Dubes AS dikutip Associated Press.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, pemerintahan Joe Biden sendiri menjadi salah satu pihak yang paling gencar menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

Sanksi ekonomi berbagai negara membuat ekonomi Rusia terimpit. Pasar menjadi tidak stabil dan nilai tukar rubel terhadap dolar AS atau euro anjlok drastis.

Baca Juga: China Tak Yakin Kutuk Rusia Akan Hentikan Serangan ke Ukraina, tapi Tetap Dukung Gencatan Senjata


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU