Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Dua Orang Meninggal saat Antre Minyak Tanah
Kompas dunia | 20 Maret 2022, 18:44 WIBBaca Juga: Sri Lanka Batalkan Ujian Semester Jutaan Siswa Sekolah karena Kehabisan Dolar untuk Beli Kertas
Pada Februari, inflasi Sri Lanka mencapai 15,1 persen, salah satu yang tertinggi di Asia, dengan inflasi makanan melonjak menjadi 25,7 persen, menurut data terbaru pemerintah Sri Lanka.
Awal bulan ini, bank sentral Sri Lanka mengambangkan rupee yang menyebabkan mata uang itu anjlok lebih dari 30 persen hingga diperdagangkan pada sekitar 275 rupee per satu dolar AS.
Harga susu bubuk naik 250 rupee untuk kemasan 400g pada Sabtu (19/3/2022), mendorong pemilik restoran menaikkan harga secangkir teh susu menjadi 100 rupee.
Pada Sabtu, pemerintah Sri Lanka dilaporkan membatalkan ujian bagi jutaan siswa sekolah karena negara itu kehabisan kertas cetak, di mana pemerintah kekurangan dolar untuk membiayai impor, kata para pejabat Sri Lanka.
Otoritas pendidikan mengatakan, ujian semester yang dijadwalkan selama satu minggu mulai Senin besok, ditunda tanpa batas waktu karena kekurangan kertas akut.
Saat ini Sri Lanka menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya pada 1948.
"Kepala sekolah tidak dapat mengadakan ujian, karena pihak pencetak tidak mampu mengamankan devisa untuk mengimpor kertas dan tinta yang diperlukan," kata Departemen Pendidikan Provinsi Barat, seperti dilaporkan Straits Times, Sabtu.
Sumber resmi mengatakan, langkah itu dapat secara efektif menggagalkan ujian sekitar dua pertiga dari 4,5 juta siswa negara itu.
Ujian semester adalah bagian dari proses penilaian berkelanjutan untuk memutuskan apakah siswa bisa naik kelas setiap akhir tahun ajaran.
Krisis ekonomi parah yang disebabkan kekurangan cadangan devisa untuk membiayai impor penting, membuat negara ini kehabisan makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Baca Juga: Duta Besar RI Bertemu Menteri Media Massa Sri Lanka, Bahas Potensi Kerja Sama untuk Perkuat Hubungan
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Straits Times