Tiga Badan PBB Desak Serangan Atas Rumah Sakit di Ukraina Dihentikan, Total 596 Warga Sipil Tewas
Krisis rusia ukraina | 14 Maret 2022, 06:50 WIBBERLIN, KOMPAS.TV — Tiga badan PBB menyerukan segera diakhirinya serangan terhadap fasilitas kesehatan di Ukraina, menyebutnya “tindakan kekejaman yang luar biasa tidak masuk nalar," seperti dilansir Associated Press, Senin, (14/3/2022).
Dalam pernyataan bersama hari Minggu, Badan Anak-anak PBB UNICEF, Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Badan Kependudukan PBB UNFPA mengatakan “serangan-serangan mengerikan itu membunuh dan menyebabkan cedera serius pada pasien dan petugas kesehatan, menghancurkan infrastruktur kesehatan penting, dan memaksa ribuan orang tidak dapat mengakses layanan kesehatan meskipun saat ini dalam kondisi bencana (perang).”
"Menyerang yang paling rentan, bayi, anak-anak, perempuan hamil, dan mereka yang sudah menderita sakit dan terkena wabah penyakit, sementara petugas kesehatan mempertaruhkan hidup mereka sendiri untuk menyelamatkan nyawa, adalah tindakan kekejaman yang luar biasa tidak masuk nalar," kata tiga badan tersebut.
Sejak dimulainya perang setidaknya 12 orang tewas dan 34 terluka, sementara 24 fasilitas dan lima ambulans rusak atau hancur, kata badan-badan tersebut.
Mereka mengatakan sekitar 4.300 anak lahir sejak konflik dimulai dan 80.000 perempuan Ukraina diperkirakan akan melahirkan dalam tiga bulan ke depan, dengan oksigen dan pasokan medis lainnya hampir habis.
“Sistem perawatan kesehatan di Ukraina jelas berada di bawah tekanan yang signifikan, dan keruntuhannya akan menjadi malapetaka. Segala upaya harus dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi,” kata mereka.
Baca Juga: Setelah Serangan di Rumah Sakit Bersalin, Warga Mariupol Mati-Matian Mencari Makanan dan Bahan Bakar
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan sedikitnya 596 warga sipil dipastikan telah tewas di Ukraina sejak dimulainya perang, dan sedikitnya 1.067 terluka.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan hari Minggu 43 dari mereka yang tewas adalah anak-anak, sementara 57 anak-anak lain terluka.
Kantor yang berbasis di Jenewa telah mendokumentasikan 579 kematian warga sipil dan 1.002 terluka sehari sebelumnya.
PBB melaporkan, sebagian besar korban warga sipil yang tercatat disebabkan "oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak yang luas," seperti penembakan dari artileri berat dan serangan rudal.
Para pejabat PBB mengatakan mereka yakin jumlah sebenarnya korban "jauh lebih tinggi" daripada yang tercatat sejauh ini karena penerimaan informasi tertunda dan banyak laporan masih perlu dipastikan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV / Associated Press