Stasiun Kereta Api Kiev Jadi Saksi Bisu Pahitnya Perang
Krisis rusia ukraina | 6 Maret 2022, 00:05 WIBKIEV, KOMPAS.TV – Genap 10 hari invasi Rusia ke Ukraina pada Sabtu (5/3/2022), stasiun kereta api sentral Kiev masih disesaki oleh ribuan warga yang tampak putus asa hendak meninggalkan ibu kota.
Di peron stasiun, para ibu memeluk anak-anak mereka, dan anjing-anjing mulai menggonggong.
Orang-orang mulai panik manakala mereka menyadari bahwa kereta api yang mereka nantikan sudah terlalu penuh.
Anastasia Kolomiyet, seorang warga Kiev, tak bisa masuk ke kereta api menuju Lviv, kota di barat Ukraina dekat perbatasan Polandia. Gerbong sudah terlalu sesak, tak ada tempat lagi untuknya.
Namun, ia tetap bersikukuh akan mencoba lagi. Ia akan menunggu di stasiun hingga kereta api terakhir hari itu, jika memang harus.
Baca Juga: Evakuasi Gagal karena Rusia Langgar Gencatan Senjata, Warga: Pilih Bunuh Diri di Kota atau Jalanan?
Dari Lviv, ia berencana meninggalkan Ukraina. Entah kapan ia akan kembali. Butuh waktu untuk mengambil keputusan pergi meninggalkan tanah airnya.
“Saya kira (perang ini) hanya akan berlangsung beberapa hari. Tak ada seorang pun yang memercayainya. Tak ada yang percaya bahwa kami harus melarikan diri, mengungsi,” kata Kolomiyet menerawang.
Perempuan lain, Ksenia, juga berharap perang akan berakhir secepatnya dan negosiasi berjalan mulus. Berita kebakaran di salah satu reaktor nuklir terbesar Ukraina akibat serbuan tentara Rusia Kamis (3/3) lalu, memaksanya mengambil keputusan untuk pergi.
Baca Juga: Masuk Hari ke-10, Ini Kronologi dan Sederet Peristiwa Penting sepanjang Perang Rusia-Ukraina
“Kenapa saya meninggalkan (Kiev) hari ini? Karena (perang ini) sungguh mengerikan. Tambahan lagi, sekarang ada ancaman ledakan nuklir. Tentara merangsek Kiev, makanya orang-orang berkerumun berdesakan seperti ini. Orang-orang hanya ingin hidup,” terangnya, dikutip dari Associated Press, Sabtu (5/3/2022).
Bersama kedua orang tuanya, Ksenia juga mengarah ke barat. Mereka berencana mengungsi sedekat mungkin ke perbatasan.
Ia menangis saat meninju angkasa dengan kepalan tangannya. “Saya harap semuanya akan segera membaik,” ucapnya sambil terisak.
Baca Juga: Negosiator Ukraina Diduga Berkhianat ke Rusia, Ditembak Mati Petugas
Seorang lelaki, Alexander, 41 tahun, tersenyum getir saat melambaikan tangan perpisahan pada Anna, putrinya yang baru berusia 5 tahun.
Saat menghisap rokoknya, kedua matanya basah. Ia berpaling dari kereta api yang mulai menjauh, membawa pergi belahan jiwanya.
Banyak lelaki Ukraina yang mengirim orang-orang terkasih ke kerabat mereka di barat negeri. Banyak di antara mereka yang harus mengambil keputusan sulit untuk tetap tinggal di Kiev demi mempertahankan ibu kota dari serbuan tentara Rusia.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press