> >

Perang Rusia, Badan Energi Internasional Gelontorkan 60 juta Barrel Minyak Mentah Cadangan Strategis

Kompas dunia | 2 Maret 2022, 06:35 WIB
Harga minyak bumi naik ke level tertinggi sejak 2014. 31 negara anggota Badan Energi Internasional hari Selasa, (1/3/2022) sepakat melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis. (Sumber: Spencer Platt/Getty Images North America)

FRANKFURT, KOMPAS.TV — Sebanyak 31 negara anggota Badan Energi Internasional atau IEA pada Selasa (1/3/2022) kemarin sepakat melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis mereka, dimana setengahnya dari Amerika Serikat (AS).

Seperti dilansir dari Associated Press, Rabu (2/3), hal ini dilakukan untuk mengirim pesan yang kuat ke pasar minyak bahwa pasokan akan minyak mentah tidak akan berkurang setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Dewan IEA yang berbasis di Paris, Prancis membuat keputusan pada pertemuan luar biasa para menteri energi yang dipimpin oleh Menteri Energi AS Jennifer Granholm.

Gronholm mengatakan dalam sebuah pernyataan, Presiden AS Joe Biden menyetujui komitmen 30 juta barel dan Amerika Serikat dan siap mengambil tindakan tambahan jika diperlukan.

“Keputusan kelompok tersebut mencerminkan komitmen bersama kami untuk mengatasi gangguan pasar dan pasokan signifikan terkait dengan perang Presiden Putin terhadap Ukraina,” kata Granholm.

Rusia memainkan peran besar di pasar energi global sebagai produsen minyak terbesar ketiga. Ekspornya 5 juta barel minyak mentah per hari atau sekitar 12 persen dari perdagangan minyak global.

Sekitar 60 persen minyak mentah Rusia pergi ke Eropa dan 20 persen lainnya ke China.

Sejauh ini, sanksi AS dan Eropa tidak melarang ekspor minyak atau gas, dan telah memasukkan pengecualian untuk transaksi pembayaran minyak dan gas.

Para pemimpin Barat pun enggan membatasi ekspor minyak Rusia pada saat pasar energi global sedang ketat dan harga tinggi memicu inflasi di negara maju.

Baca Juga: Harga Minyak Bumi Naik ke Level Tertinggi Selama 7 tahun Terakhir, Dipicu Instabilitas Geopolitik

Ladang pengeboran minyak Udmurtia Petroleum Corp di Udmurtia, sebuah republik di Rusia barat. 31 negara anggota Badan Energi Internasional hari Selasa, (1/3/2022) sepakat melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis. (Sumber: Xinhua/Bai Xueqi)

Tapi invasi masih mengguncang pasar di seluruh dunia. Pada Selasa kemarin saja  harga minyak melonjak dengan patokan minyak mentah AS melampaui 106 dollar per barel, harga tertinggi sejak 2014.

“Situasi di pasar energi sangat serius dan menuntut perhatian penuh kami,” sambung direktur eksekutif IEA Fatih Birol.

“Keamanan energi global berada di bawah ancaman, menempatkan ekonomi dunia dalam risiko selama tahap pemulihan yang rapuh.”

Pada Januari 2022 lalu, IEA mengatakan permintaan global minyak mentah tercatat 100,2 juta barel per hari pada kuartal keempat tahun 2021.

"Permintaan diperkirakan akan tumbuh menjadi rata-rata 100,6 juta barel per hari tahun ini, sejalan dengan makin berkurangnya kebijakan pembatasan penyebaran Covid-19," kata IEA.

Selain AS, anggota organisasi lainnya termasuk Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, dan Kanada.

Anggota IEA memiliki cadangan darurat sebesar 1,5 miliar barel minyak mentah. Pelepasan tersebut berjumlah 4 persen dari stok cadangan minyak mentah, atau sekitar 2 juta barel per hari selama 30 hari.

Baca Juga: OPEC Plus Gelar Pertemuan saat Harga Minyak Mentah Dunia Capai Rekor Tertinggi

Sebuah Pumpjack penghasil minyak tengah dioperasikan di atas permukaan tanah. 31 negara anggota Badan Energi Internasional hari Selasa, (1/3/2022) sepakat melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis. (Sumber: Pixabay, Pexels)

Ini adalah keempat kalinya dalam sejarah bahwa IEA melakukan penarikan terkoordinasi sejak cadangan didirikan usai embargo minyak Arab tahun 1974.

Dari perspektif AS, harga minyak mentah menentukan berapa nilai yang dibayar pengemudi untuk mengisi mobil mereka dengan bensin. 

Rata-rata nasional di AS untuk satu galon gas adalah 3,61 dollar AS, naik 26 sen dari bulan lalu dan naik 90 sen lebih dari setahun yang lalu, menurut federasi klub otomotif AAA.

Pada tahun 2021, AS mengimpor sekitar 245 juta barel minyak mentah dan produk minyak bumi dari Rusia, peningkatan satu tahun sebesar 24 persen dibandingkan tahun 2020.

Hampir 8 persen impor minyak mentah dan produk minyak AS tahun 2021 berasal dari Rusia, berdasarkan data dari badan statistik Departemen Energi AS.

Pada November 2021 lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan pelepasan 50 juta barel minyak setelah berkoordinasi dengan negara-negara pengimpor energi lainnya, tetapi tindakan itu hanya berdampak singkat pada harga minyak, yang terus meningkat.

Baca Juga: Tolong Ukraina dari Serangan Rusia, Biden Berikan Bantuan Militer Senilai Rp8,6 Triliun

Stewart Glickman, seorang analis minyak untuk CFRA Research, mengatakan rilis terbaru dari SPR hanya akan membantu sebagian, karena sebagian besar cadangannya adalah minyak ringan, sementara AS sebagian besar mengimpor minyak dengan kadar yang lebih berat dari Rusia.

"Sektor penyulingan merencanakan campuran minyak mentah tertentu, jadi Anda tidak bisa selalu menukar satu sama lain dengan mudah," katanya.

Granholm menekankan perlunya berinvestasi dalam energi terbarukan sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas alam Rusia.

Untuk itu, Senator Demokrat Joe Manchin dari West Virginia meminta Biden dan industri minyak untuk segera mengambil tindakan hingga dan termasuk melarang impor minyak mentah dari Rusia.

“Jika pernah ada waktu untuk mandiri energi, sekaranglah saatnya,” kata Manchin, yang mendukung bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas alam yang sangat penting bagi negara penghasil energinya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU