> >

Tak Terima Ucapan Menteri Prancis, Medvedev Kirim Ancaman Ngeri: Rusia-Prancis Bisa Perang Betulan

Krisis rusia ukraina | 1 Maret 2022, 22:40 WIB
Dmitry Medvedev, orang dekat Vladimir Putin sekaligus mantan presiden dan perdana menteri Rusia. Pada Selasa (1/3/2022), Medvedev mengingatkan Prancis agar menjaga omongan dan mengirim ancaman potensi perang Rusia-Prancis. (Sumber: Yekaterina Shtukina/Sputnik via Associated Press)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Dmitry Medvedev, seorang pejabat tinggi Rusia, mengirim peringatan keras atas komentar pemimpin Prancis belakangan ini. Medvedev merespons frasa “perang ekonomi” yang dilontarkan Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire pada Selasa (1/3/2022).

Medvedev saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia. Ia merupakan orang dekat Vladimir Putin, pernah menjabat presiden Rusia pada 2008-2012 ketika Putin terbentur batas masa jabatan sebagai presiden.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan radio France Info, Le Maire bicara tegas mengenai sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia.

Menurutnya, Uni Eropa akan memberlakukan “perang ekonomi” terhadap Rusia.

Baca Juga: Presiden Prancis Hari ini Bertelepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Bahas Ukraina

Komentar itu menyusul sejumlah sanksi ekonomi berat yang telah menjerat Rusia. Salah satunya adalah dikeluarkannya sejumlah bank Rusia dari layanan transaksi finansial SWIFT.

“Kami akan melancarkan perang ekonomi dan finansial total lawan Rusia. Rakyat Rusia akan membayar konsekuensi ini,” kata Le Miare dikutip TASS.

Medvedev rupanya tak senang dengan komentar pejabat Prancis tersebut. Melalui media sosialnya, Medvedev mengirim ancaman dingin.

“Hari ini, ada menteri Prancis yang bilang mereka mendeklarasikan perang ekonomi terhadap Rusia,” kata Medvedev.

“Jaga bicaramu, Tuan-Tuan! Dan jangan lupa, dalam sejarah manusia, perang ekonomi seringkali berubah jadi (perang) betulan,” lanjutnya.

Sejak awal invasi ke Ukraina, pemerintahan Vladimir Putin telah mengingatkan agar negara lain tidak “ikut campur”. Belakangan ini, sang presiden menyiagakan unit pasukan nuklir setelah munculnya “pernyataan-pernyataan agresif” dari NATO.

Sejauh ini, tidak ada negara yang terlibat langsung di medan untuk membantu Ukraina. Dukungan diberikan melalui sanksi ekonomi terhadap Rusia dan pengiriman senjata.

Baca Juga: Perundingan Babak Kedua Rusia-Ukraina Berpeluang Digelar di Brest Belarusia Besok


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU