Perang Lewat TikTok: Cara Baru Propaganda dan Disinformasi Rusia untuk Invasi Ukraina
Krisis rusia ukraina | 26 Februari 2022, 22:02 WIB“Inilah cara mereka berperang. Itu adalah bagian sentral dari doktrin Rusia,” kata Jim Ludes, mantan analis pertahanan AS yang sekarang memimpin Pell Center for International Relations and Public Policy di Salve Regina University.
Ludes mengatakan kampanye disinformasi Rusia dimaksudkan untuk menggalang dukungan sambil membingungkan dan memecah belah lawan-lawan negara itu.
Rusia menyesuaikan pesan propagandanya untuk audiens tertentu.
Untuk Rusia dan separatis pro-Rusia di Ukraina, pesannya adalah, Rusia berusaha membela rakyatnya sendiri dari agresi dan penganiayaan yang dipicu oleh Barat di Ukraina.
Taktik serupa telah digunakan, termasuk oleh Nazi Jerman ketika menginvasi Cekoslowakia dengan kedok melindungi etnis Jerman yang tinggal di sana.
“Bukan orang baik yang menggunakan taktik ini,” kata Ludes. “Ini bahasa penaklukan, bukan bahasa demokrasi.”
Baca Juga: Tolong Ukraina dari Serangan Rusia, Biden Berikan Bantuan Militer Senilai Rp8,6 Triliun
Di Barat, Rusia berusaha menabur perpecahan dan mengurangi kemungkinan tanggapan internasional yang terpadu. Ini dilakukan sebagian melalui outlet media yang dikendalikan negara seperti Sputnik dan RT, yang menerbitkan dalam bahasa Inggris, Spanyol dan beberapa bahasa lainnya.
“Invasi tidak jadi dilaksanakan,” tulis salah satu berita utama di RT minggu lalu, hanya beberapa hari sebelum pasukan Rusia masuk ke Ukraina timur.
“Tucker Carlson Mengecam Biden karena Fokus pada Putin dan Ukraina Daripada Masalah Domestik AS,” tulis Sputnik News, yang mencerminkan praktik umum Rusia, mengutip kritik pemerintah di Amerika Serikat (seperti pembawa acara Fox News Carlson) untuk memberi sugesti para pemimpin Amerika tidak berpijak pada kenyataan.
Rusia juga menggunakan serangan siber dalam invasinya ke Ukraina, dan meskipun hal itu menimbulkan ancaman serius, propaganda online dapat meninggalkan kerusakan yang lebih langgeng jika berhasil, seperti dikatakan pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Darat Michael Nagata, mantan direktur perencanaan operasional strategis di Pusat Kontraterorisme Nasional Amerika Serikat.
“Apa yang jauh lebih berbahaya adalah kemampuan Rusia untuk memengaruhi apa yang diyakini oleh penduduk di mana pun,” kata Nagata.
“Untuk membuat mereka mempercayai hal-hal yang berguna untuk kepentingan strategis Rusia... Jika Anda dapat mengubah apa yang diyakini oleh seluruh penduduk, Anda mungkin tidak perlu menyerang apa pun,” pungkas Nagata.
Baca Juga: Korban Tewas Serangan Rusia ke Ukraina Capai 198 Jiwa, Tiga di Antaranya Anak-Anak
Uni Eropa mengisyaratkan keprihatinannya tentang RT pada hari Rabu saat memasukkan pemimpin redaksi RT dalam daftar sanksi yang dikenakan pada pejabat Rusia.
Uni Eropa menyebut pemimpin RT, Margarita Simonyan sebagai “tokoh sentral propaganda pemerintah.”
Hari Sabtu, Facebook mengumumkan mereka akan melarang RT menjalankan iklan di situsnya dan mengatakan akan memperluas penggunaan label untuk mengidentifikasi media yang dikelola pemerintah.
Ludes mengatakan dia senang melihat Amerika Serikat dan sekutunya secara paksa mendorong balik disinformasi Rusia dan bahkan berusaha untuk mencegahnya menjadi kenyataan dengan mengungkapkan secara terbuka rencana Rusia.
“Pemerintahan Biden menunjukkan beberapa kreativitas dalam menggunakan informasi intelijen untuk menanggapi (perkembangan keadaan),” katanya. “Kami belum pernah melihatnya dari Barat sejak hari-hari perang dingin.”
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press