> >

Universitas Kabul Afghanistan Kembali Gelar Perkuliahan, Kini dengan Aturan Pembatasan Baru

Kompas dunia | 26 Februari 2022, 21:35 WIB
Mahasiswa Afghanistan mengantri di salah satu gerbang Universitas Kabul, di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 26 Februari 2022. Universitas Kabul, di antara institusi pendidikan tinggi tertua dan paling dihormati di Afghanistan, dibuka kembali Sabtu enam bulan setelah Taliban merebut kembali negara itu. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

KABUL, KOMPAS.TV — Universitas Kabul kembali membuka perkuliahan pada Sabtu (26/2/2022) untuk pertama kalinya sejak pengambilalihan Taliban enam bulan lalu.

Associated Press melaprkan, mahasiswa laki-laki dan perempuan yang hadir mengikuti perkuliahan kini terpisah secara fisik, dan mahasiswi diharuskan mengenakan pakaian islami.

Puluhan mahasiswi yang semuanya berhijab berjejer di luar gerbang universitas, mengantri masuk untuk melanjutkan kelas yang tiba-tiba dihentikan setelah pengambilalihan oleh Taliban pada Agustus tahun lalu.

Personel Taliban terlihat berjaga di tiga pintu masuk kampus. Sebelumnya, Universitas Kabul menerapkan perkuliahan bersama antara mahasiswa dan mahasiswi.

Sebagian besar siswa pada Sabtu mengatakan, mereka tidak tahu apa mereka bisa harapkan, tetapi terkejut senang saat mengetahui mereka dapat melanjutkan kelas reguler dan maju di bidang studi pilihan mereka.

Universitas Kabul sendiri sebagian besar mengikuti model pendidikan Amerika Serikat.

“Setelah banyak penundaan, untungnya, semua universitas dan institusi pendidikan berkegiatan kembali mulai hari ini 26 Februari,” kata juru bicara Taliban untuk Kementerian Pendidikan Tinggi Ahmad Taqqi dalam sebuah klip video kepada Associated Press.

“Pendidikan akan berlanjut berdasarkan rencana dan kebijakan Emirat Islam Afghanistan.”

Departemen musik adalah satu-satunya disiplin ilmu yang tidak dilanjutkan seluruh siswa, baik laki-laki maupun perempuan, kata siswa.

Baca Juga: Kepala UNICEF yang Baru Yakin Taliban Pegang Janji agar Anak Perempuan Kembali Bersekolah

Mahasiswi Afghanistan Bahija Aman, 21, tahun ke-3 jurusan antropologi, membuat catatan di rumahnya, saat dia bersiap untuk kembali ke universitasnya di Kabul, Afghanistan, Kamis, 24 Februari 2022. Universitas Kabul, salah satu universitas tertua dan terbesar di Afghanistan lembaga pendidikan tinggi yang dihormati, dibuka kembali Sabtu enam bulan setelah Taliban merebut kembali negara itu. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

“Tidak ada perubahan yang dilakukan pada silabus,” kata Bahija Aman, 21, mahasiswa jurusan antropologi tahun ketiga.

"Instrukturnya sama di kelasku," tuturnya.

“Saya senang mereka akhirnya mengizinkan kami kembali ke universitas,” tambah Bahija.

Bahija Aman menghabiskan enam bulan terakhir di rumah. Buku-buku teks tertumpuk rapi di mejanya, tempat dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar.

Sebagai mahasiswa top, dia bertekad untuk mempertahankan peringkatnya ketika universitas dibuka kembali, katanya.

Dia berharap untuk lulus dan akhirnya mendapatkan gelar doktor, semuanya di Afghanistan.

Setelah dihadiri oleh 22.000 siswa, pembukaan yang sangat dinanti-nantikan itu berlangsung dengan tenang. Permintaan media untuk memasuki tempat itu ditolak oleh Taliban.

Sebuah pernyataan di halaman Facebook resmi Universitas Kabul minggu ini mengumumkan siswa akan kembali ke perkuliahan pada Sabtu dan perkuliahan akan mematuhi nilai-nilai agama dan budaya.

Seperti kebanyakan universitas negeri, Universitas Kabul ditutup setelah pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban.

Masalah apakah perempuan dapat kembali tanpa pembatasan menjadi perhatian utama masyarakat internasional.

Banyak yang khawatir bahwa Taliban akan melarang perempuan seperti yang terjadi selama pemerintahan kelompok itu sebelumnya tahun 1996-2001.

Taliban mengatakan bahwa mereka tidak keberatan dengan pendidikan untuk perempuan, tetapi mengharuskan kelas terpisah berdasarkan jenis kelamin dan berdasarkan prinsip-prinsip Islam seperti yang mereka pahami.

Baca Juga: Taliban Afghanistan Serukan Rusia dan Ukraina Menahan Diri Agar Tidak Jatuh Korban Warga Sipil

Mahasiswa Afghanistan berjalan menuju gerbang Universitas Kabul, di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 26 Februari 2022. Universitas Kabul, di antara institusi pendidikan tinggi tertua dan paling dihormati di Afghanistan, dibuka kembali Sabtu enam bulan setelah Taliban merebut kembali negara itu. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

Beberapa universitas negeri dibuka kembali awal bulan ini di Provinsi Lagham, Nangarhar, Kandahar, Nimroz, Farah, dan Helmand.

Taliban juga telah menyatakan siswa perempuan harus diajar secara eksklusif oleh dosen perempuan.

Namun, siswa yang kembali mengatakan bahwa instruktur mereka adalah laki-laki dan perempuan, menggarisbawahi kemungkinan adanya tantangan dalam merekrut dosen-dosen baru.

Meskipun tidak ada larangan resmi, anak perempuan kelas tujuh ke atas secara efektif dilarang pergi ke sekolah di sebagian besar negara itu sejak pengambilalihan Taliban enam bulan lalu.

Taliban mengatakan anak perempuan akan dapat kembali ke sekolah pada akhir Maret.

Akses ke pendidikan adalah tuntutan utama masyarakat internasional.

Taliban menyalahkan tertundanya pembukaan kembali sarana pendidikan karena kurangnya ruang yang memadai, terutama di kota-kota, untuk mengakomodasi sekolah dengan kelas terpisah antara laki-laki dan perempuan.

Para dosen menjabarkan pembatasan baru yang mulai berlaku bagi kelompok mahasiswi, dimana sekarang mereka wajib mengenakan jilbab dan dilarang membawa telepon pintar ke lingkungan universitas. 

Mahasiswi, dalam aturan baru ini, melakukan kegiatan perkuliahan pagi hingga sore, kemudian kelas bagi mahasiswa dimulai sore hari.

Namun ada yang sedikit berbeda dan berubah. Universitas Kabul memposting daftar lowongan pekerjaan awal bulan ini di halaman Facebook mereka. Termasuk posisi dosen di departemen seni, kebijakan publik, sastra, media dan komunikasi, dan ilmu politik.

Bagi Aman, pembatasan adalah konsesi kecil yang harus diterima. “Saya setia pada aturan hukum, saya akan mengikutinya. Tapi saya harap tidak akan ada lebih banyak perubahan.”

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU